Rupiah kembali bertenaga berkat kebijakan kenaikkan BBM non subsidi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca pengumuman kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi per Rabu (10/10), rupiah kembali bertenaga untuk pertama kalinya setelah terpuruk sejak pekan lalu. Mata uang Garuda pada penutupan di pasar spot berada di level Rp 15.209 per dollar AS atau menguat 0,19%. Begitu juga dengan data kurs tengah versi Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 0,12% menjadi Rp 15.215 per dollar AS. 

Kenaikkan BBM meliputi jenis Pertamax dan Dex series serta biosolar non PSO yang sudah berlaku sejak pukul 11.00 WIB. Sementara itu, kenaikkan untuk jenis Premium secara tiba-tiba ditunda sembari menunggu kesiapan dari PT Pertamina (Persero). 

Harga Pertamax dipatok menjadi Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo naik menjadi Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex menjadi Rp 11.850 per liter, Dexlite naik menjadi Rp 10.500 per liter dan Biosolar non-PSO naik menjadi Rp 9.800 per liter.


Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan pasar memberikan respon positif terhadap keputusan pemerintah ini. “Karena yang terekspos selama ini defisit transaksi berjalan kita. Itu (BBM) komponen impor terbesar, jadi ketika dinaikkan impor BBM non subsidi diharapkan dapat mempersempit defisit,” jelasnya. 

Penyesuaian harga BBM non subsidi oleh pemerintah kali ini dipicu oleh kenaikkan harga Brent dan Indonesia Crude Price (ICP).

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan terapresiasinya rupiah kali ini adalah hal yang wajar mengingat dollar sudah menguat terus-menerus terhadap berbagai mata uang dunia beberapa waktu belakangan ini. Terkoreksinya dollar AS secara teknikal Rabu (10/10) disebabkan oleh adanya aksi profit taking oleh pelaku pasar. “Pasar juga masih menunggu data inflasi AS minggu ini,” ujarnya.

Menurut Andri, rupiah diperkirakan tidak akan bergejolak terlalu tinggi, mengingat BI siap melakukan intervensi. Ia memproyeksikan rupiah akan stabil di Rp 15.150-Rp 15.200 per dollar AS. “Besok masih ada penguatan terbatas karena adanya koreksi dollar yang berlanjut,” lanjutnya. 

Sedangkan David memperkirakan mata uang Garuda berada di level Rp 15.150-Rp 15.230 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi