Rupiah kembali lunglai, begini penjelasan Bank Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan dalam dua pekan terakhir. Senin (6/5), nilai tukar di pasar spot ditutup pada level Rp 14.297 per dollar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,22% dari penutupan sebelumnya.

Tadi pagi, kurs rupiah bahkan sempat terpental ke posisi Rp 14.309 per dollar AS. Sementara, nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia ditutup melemah 0,18% ke posisi Rp 14.308 per dollar AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, faktor utama pelemahan kurs rupiah berasal dari sentimen eksternal, terutama dari hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).


"The Fed memberi sinyal tidak akan menaikkan atau menurunkan suku bunga, sedangkan ekspektasi pasar adalah The Fed menurunkan suku bunga kebijakannya," ujar Nanang dalam Bincang-Bincang Media BI, Senin (6/5).

Selain itu, koreksi pada nilai tukar rupiah juga dipicu pernyataan Presiden AS Donald Trump baru-baru ini yang berencana mengenakan bea impor terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar dalam pekan ini. Lantas, posisi dollar AS pun berbalik menguat disertai dengan anjloknya beberapa nilai tukar mata uang dan pasar saham di kawasan Asia.

Dari sisi domestik, Nanang tak melihat pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2019 pada level 5,07% menjadi penyebab pelemahan kurs rupiah. Meski di bawah ekspektasi, realisasi pertumbuhan ekonomi menurutnya masih cukup solid.

"Mari kita lihat secara komparabel dengan negara-negara lain. Pertumbuhan 5,07% itu jangan dianggap sesuatu yang menimbulkan pesimisme, dibandingkan negara lain angka itu masih relatif solid," tutur Nanang.

Namun ia mengakui, pola musiman kuartal kedua juga turut memengaruhi. Yaitu kecenderungan permintaan valuta asing (valas) yang meningkat untuk kebutuhan repatriasi dividen dan impor.

"Tapi ini seharusnya bisa membaik setelah memasuki kuartal ketiga nanti. Dinamika seperti ini, yang disebabkan oleh statement, biasanya hanya jangka pendek dan dalam waktu singkat bisa berbalik arah," ujar Nanang.

BI pun melihat dan menyikapi dinamika jangka pendek saat ini sebagai fluktuasi yang biasa. Menurut Nanang, tidak perlu cemas berlebih lantaran BI terus ada dan menjaga pasar sehingga nilai tukar rupiah dalam kondisi yang stabil.

Hari ini misalnya, Nanang mengungkapkan, BI bahkan melakukan intervensi triple (triple intervention) dalam rangka stabilisasi rupiah di pasar spot secara terukur. Langkah intervensi tersebut yaitu dengan melakukan pembelian surat berharga negara (SBN), menggelar lelang DNDF pada pukul 08.30-09.00 WIB pagi, serta melakukan profilling likuiditas DNDF melalui delapan broker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat