Rupiah keok, spread yield SUN dan US Treasury melebar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat credit default swap (CDS) Indonesia cenderung naik, spread yield surat utang negara (SUN) dengan yield US Treasury jadi semakin lebar.

Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga menjelaskan, dengan kisaran yield seri acuan tenor 10 tahun yang berkisar 6,7% dan yield US Treasury dengan tenor sama berada di level 2,8%, maka spread kedua obligasi tersebut sekitar 390 basis poin (bps) atau 3,9%.

Desmon mencatat spread SUN dengan US Treasury sempat mencapai jarak terbaiknya sebesar 350 bps, karena saat itu rupiah dan inflasi stabil. Saat ini, jaraknya semakin melebar karena nilai tukar rupiah melemah. Hal ini membuat risiko investor pemegang SUN meningkat sehingga ada kecenderungan investor menarik dananya terlebih dahulu.


Spread yang melebar juga mengindikasikan ada tekanan jual pada SUN dan yield cenderung naik. Menurut Desmon, hal ini tidak berarti SUN mutlak dalam kondisi yang buruk. "SUN bukan sedang memburuk, tetapi faktor sentimennya saja yang kurang mendukung, tidak hanya Indonesia, obligasi di regional juga dalam kondisi yang sama," paparnya, Senin (26/3).

Sepanjang tahun ini, Desmon mengamati kinerja SUN terus berangsur membaik. Jika melihat imbal hasil SUN lima tahun lalu selalu berada di atas 7%, tetapi saat ini tren imbal hasil SUN berada di 6%.

Desmon optimistis investor asing masih tertarik untuk berinvestasi pada SUN, karena secara jangka panjang real interest atau perhitungan suku bunga dikurangi inflasi berada di level 1,07%. Sementara, real interest AS negatif, Malaysia 1,85%, dan India 1,6%. Jadi dibanding negara Asia lain, SUN masih cukup menarik.

SUN masih akan diminati investor asing juga karena didukung proyeksi perbaikan ekonomi Indonesia dan kemungkinan Indonesia mendapat peringkat dari Bloomberg Barclays Index untuk credit rating agency benchmark baru. Desmon yakin, investor asing masih melirik SUN karena Indonesia juga berpotensi mendapat kenaikan peringkat investasi.

"Kepercayaan investor terhadap SUN masih bagus, pelebaran spread hanya terjadi dalam jangka pendek, potensi turun masih ada hingga 350 bps," kata Desmon.

Sementara, Ahmad Mikail, ekonom Samuel Sekuirtas Indonesia memproyeksikan pergerakan CDS Indonesia ke depan akan dipengaruhi perkembangan isu perdagangan AS dan China. Sementara dari internal, jika neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus, maka rupiah berpotensi menguat dan CDS bisa turun. "Proyeksi jangka pendek, CDS berkemungkinan turun karena neraca perdagangan diproyeksikan surplus," kata Mikail.

Mikail memproyeksikan imbal hasil SUN seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,6%-6,7% pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini