Rupiah Kian Berotot Mendekati Rp 16.000 per dollar, Katalis dari Dua Sisi



MOMSMONEY.ID - Nilai tukar rupiah semakin bertenaga melawan dollar AS pada awal pekan ini. Mata uang berlambang Garuda diuntungkan dengan pelemahan indeks dollar dan ada amunisi dari fundamental ekonomi Indonesia.

Mengutip Bloomberg, Senin (6/5), kurs rupiah ditutup menguat 57,50 poin atau setara 0,36% ke level Rp 16.025 per dollar AS.   

Rupiah menguat di tengah pelemahan indeks dollar AS. Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar forex dan  Direktur Laba Forexindo Berjangka, mengatakan di eksternal, pelemahan the greenback terjadi karena data non-farm payrolls bulan April lebih lemah dari perkiraan.  


Data yang dirilis Jumat, menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS pada April melambat lebih dari perkiraan, dan kenaikan upah tahunan turun di bawah 4,0% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun. Tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja meningkatkan optimisme bahwa bank sentral AS dapat merancang kebijakan pendaratan yang lunak atau soft landing bagi perekonomian. 

Data tersebut memperkuat spekulasi bahwa melemahnya pasar tenaga kerja akan memberikan dorongan lebih besar bagi Federal Reserve untuk mulai menurunkan suku bunga. 

Pasar sekarang memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 45 basis poin pada tahun ini, dengan penurunan suku bunga pada November sudah diperhitungkan sepenuhnya. Awal Mei ini, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil, namun mengisyaratkan pihaknya masih cenderung pada penurunan suku bunga, bahkan jika hal tersebut mungkin memakan waktu lebih lama dari perkiraan semula.

Baca Juga: Inflasi Terkendali, Rupiah Lebih Berotot di Rp 16.083 per dollar AS

Di domestik, kinerja makroekonomi nasional turut menyokong rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia secara tahunan pada kuartal pertama 2024 mencapai 5,11%. Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV 2023 sebesar 5,04%. Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga, momentum Lebaran dan Pemilu 2024.

Cuma, besaran realisasi PDB kuartal pertama 2024 tidak sejalan dengan konsensus pasar, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan mencapai 5,17%. 

Dari data BPS, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku kuartal I-2024 mencapai Rp 5.288,3 triliun. Adapun, ekonomi Indonesia triwulan I-2024 terhadap triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,83%.

Ibrahim memprediksi, pada perdagangan Selasa (7/5), nilai tukar rupiah fluktuatif terhadap dollar, namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp 15.960 sampai Rp 16.060 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini