JAKARTA. Produsen elektronik lega dengan penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sepekan terakhir. Dengan penguatan rupiah, margin produk elektronik mereka menjadi lebih besar. Penguatan kurs rupiah terhadap dollar akan meringankan beban perusahaan elektronik yang belakangan ini kesulitan mengejar target laba di semester I-2015. "Kami harap penjualan sampai akhir tahun bisa membaik, sehingga bisa menutupi kekurangan di semester I-2015," kata Santo Kadarusman, Public Relation and Marketing Event Manager Polytron, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) kepada KONTAN, Senin (12/10).
Menurut Santo, pelemahan dolar AS hingga menembus Rp 14.000 sangat memberatkan produsen elektronik seperti mereka. Maklum, sebagian besar komponen elektronik masih impor. Tak hanya produsen, importir elektronik impor juga merasakan dampaknya. Bahkan, mereka bisa merasakan beban yang lebih berat ketimbang produsen. Menurut Santo, semula mereka mematok dolar AS tahun 2015 di posisi Rp 11.000 per dolar AS. Namun patokan itu meleset, kenyataannya dolar AS berkeliaran sampai menembus Rp 14.500. Selisih dari acuan dolar AS inilah yang menjadi beban perusahaan. Beruntung, sebagian komponen Polytron berasal dari dalam negeri termasuk komponen telepon seluler (ponsel). "Rata-rata produk elektronik kami memakai kandungan lokal 50%. Kalau untuk ponsel 35,6%" terang Santo. Saat ini Polytron punya tiga pabrik di dua lokasi berbeda. Dua pabrik di Kudus dan satu pabrik di Semarang. Pabrik di Kudus produksi DVD player, TV, ponsel dan lain-lain. Adapun pabrik di Semarang memproduksi AC, kulkas, mesin cuci, showcase kulkas, dispenser dan freezer. Tak hanya Polytron yang senang dengan penguatan rupiah. Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Electronic Indonesia menyatakan hal senada. "Harga elektronik termasuk ponsel mengacu kurs dollar AS,£ kata katanya kepada KONTAN, (12/10). Kang Hyun menilai, saat rupiah melemah, mereka harus menaikkan harga. Jika tidak, produsen atau importir akan menanggung kerugian. Kang Hyun berharap dolar AS bisa stabil di posisi Rp 13.500, jika di atas itu, mereka berpotensi menjual rugi. Perlu diketahui, Samsung memiliki pabrik di Bekasi. Pabrik tersebut memproduksi TV, DVD player, VCR, home theater, car audio, cassette, microwave, oven, mesin cuci, monitor, AC dan ponsel. Tebar diskon
Meski rupiah kuat, kedua produsen elektronik ini ogah menurunkan harga. Mereka beralasan, posisi dolar belum sesuai patokan mereka. Saat ini, produsen elektronik mulai mengintip peluang untuk mengejar penjualan yang sempat loyo. Mereka melakukan beragam strategi agar penjualan bisa kembali bersinar. Samsung misalnya, telah memiliki strategi pemberian diskon untuk produk-produknya. "Diskon ini untuk merangsang konsumen, karena saat ini daya belinya sangat lemah," kata Kang Hyun. Program pemberian diskon juga dilakukan merek Polytron. Namun, Santo menyatakan, cara mereka memberikan diskon agak berbeda dengan kompetitor. "Polytron sangat jarang memberikan diskon langsung kepada konsumen, biasanya kami memberikan diskon melalui jaringan ke diler lewat program promosi, " ujar Santo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie