Rupiah Lanjut Menguat di Rp 16.321 per dollar, Besok Masih Bertenaga?



MOMSMONEY.ID - Mata uang rupiah lebih bertenaga melawan dollar AS pada awal pekan ini. Mengutip Bloomberg, Senin (1/7), kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 54 poin atau 0,33% menjadi Rp 16.321 per dollar AS.

Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan indeks dollar. Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, di eksternal, data  indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi pilihan The Fed, tidak berubah pada bulan lalu. Dalam 12 bulan hingga Mei, indeks harga PCE meningkat 2,6%, setelah naik 2,7% bulan April. 

Menyusul data inflasi, Fed Fund Futures sedikit meningkatkan kemungkinan pelonggaran suku bunga pada September menjadi sekitar 67%, dari sebelumnya sekitar 65%. Pasar juga memperkirakan antara satu atau dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini.


Ketua Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidatonya pada Selasa. Sedangkan, risalah pertemuan The Fed bulan Juni akan dirilis pada Rabu. Selain itu, data nonfarm payrolls untuk  bulan Juni akan dirilis pada Jumat.

Selain data ekonomi, pelaku pasar juga fokus pada politik AS. Kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, melontarkan rentetan serangan palsu terhadap Presiden Joe Biden dalam debat kampanye pertama mereka di Atlanta. Dollar sempat menguat, sebab perdebatan tersebut meningkatkan kemungkinan Trump menjadi presiden dan penerapan tarif impor. 

Baca Juga: Rupiah Lebih Bertenaga di Rp 16.375 per dollar, Simak Prediksi Senin Depan!

Di internal, sentimen pasar relatif stabil. Tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2024 di level 2,51%, lebih rendah dibandingkan bulan Mei sebesar 2,84%. Ini karena pada Juni 2024 terjadi deflasi 0,08%. Deflasi terjadi dua bulan beruntun.  

Presiden Jokowi mengingatkan untuk tetap waspada dan berhati-hati terkait inflasi, dengan memonitor langsung pergerakan harga pangan di lapangan. Ini mengingat adanya risiko dampak perubahan iklim global yang berpotensi mengganggu produksi pangan nasional dan dapat merembet kepada kenaikan inflasi.

Kata Ibrahim, untuk memperkuat pengendalian inflasi ke depan, pemerintah harus memperkuat produksi pangan melalui optimalisasi pemanfaatan infrastruktur pengairan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan akselerasi penerapan teknologi berbasis riset dalam mendukung digitalisasi pertanian.

Di samping itu, mendorong investasi untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, memutakhirkan sistem dan infrastruktur logistik yang terintegrasi guna mendukung kelancaran distribusi dan efisiensi rantai pasok antardaerah.   

Ibrahim memprediksi, pada perdagangan besok, mata uang rupiah masih fluktuatif, namun berpeluang ditutup menguat di rentang  Rp 16.270-Rp 16.350 per dollar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini