Rupiah lebih stabil, kinerja JPFA tak lagi labil



JAKARTA. Kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) masih tumbuh tinggi. Hingga sembilan bulan pertama tahun ini, JPFA mengantongi penjualan Rp 20,6 triliun, tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, yakni Rp 18,7 triliun.

Alhasil, JPFA mencetak laba bersih Rp 1,72 triliun, membaik dibandingkan kinerja kuartal III tahun lalu yang merugi Rp 147 miliar. Secara kuartalan, laba bersih JPFA di kuartal III-2016 naik 11% menjadi Rp 687 miliar dibandingkan kuartal sebelumnya.

Analis MNC Securities Yosua Zisokhi mengatakan, harga jual ayam yang membaik karena berakhirnya kondisi oversupply menjadi salah satu faktor pendorong kinerja perseroan ini. Selain itu, nilai tukar rupiah tahun ini lebih stabil, sehingga JPFA memperoleh laba kurs.


"Tahun lalu, JPFA terbelenggu rugi kurs yang cukup besar," ujarnya pada KONTAN, Rabu (2/11).

Penyumbang pendapatan terbesar JPFA masih berasal dari bisnis pakan ternak, yakni Rp 7,5 triliun dan bisnis peternakan serta produk konsumen sebesar Rp 8 triliun. Lalu, dari budidaya perairan, perseroan mencetak penjualan Rp 1,7 triliun.

Hasil penjualan anak ayam umur sehari atau day old chick (DOC) dan peternakan sapi masing-masing mencapai Rp 1,4 triliun.

Prospek tahun depan

Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja mengatakan, kinerja JPFA berada di atas estimasi analis. Selain karena berhasil menekan rugi kurs, JPFA juga memangkas beban bunga. Penjualan peternakan sapi di Australia juga mendukung kenaikan laba bersih JPFA.

Menurut Marlene, meski belakangan ini harga jagung cenderung meningkat, margin laba JPFA tetap bisa terjaga. "Margin laba bersih meningkat karena efisiensi di tingkat operasional dan berkurangnya beban bunga," tulis dia dalam risetnya, pekan lalu.

Marlene optimistis, kinerja JPFA akan meningkat di tahun depan, karena nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi diprediksi membaik. Selain itu, harga DOC dan broiler juga dinilai bakal lebih stabil jika dibandingkan tahun ini.

Menurut dia, kenaikan harga komoditas diproyeksikan mampu mendongkrak discretionary spending dan menjadi angin segar bagi saham-saham berbasis konsumsi, termasuk saham sektor unggas.

Selain itu, Kementerian Pertanian dinilai lebih siap dalam meningkatkan jumlah produksi jagung lokal. Yosua menambahkan, pendapatan dan laba bersih JPFA masih berpeluang tumbuh 7% hingga 10% pada tahun depan.

Masuknya KKR Jade Investment Pte Ltd sebagai investor baru JPFA juga akan memperkuat posisi perseroan di pasar. "Ekuitas perseroan menjadi lebih kuat dengan masuknya KKR," imbuh dia.

Mimi Halimin, Analis KDB Daewoo Securities, dalam riset (31/10) mengatakan, per September 2016, JPFA berhasil menurunkan tingkat utang cukup signifikan. Rasio utang bersih terhadap ekuitas turun dari 1 kali di akhir tahun 2015 menjadi 0,4 kali di akhir September 2016.

Mimi merekomendasikan trading buy untuk JPFA dengan target harga Rp 2.260. Marlene memberi rekomendasi beli dengan target harga Rp 2.240. Lalu, Yosua merekomendasikan hold dengan target harga 1.850. Kemarin, saham JPFA turun 2,3% menjadi Rp 1.915 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie