Rupiah lemah, arus modal diperkirakan tetap masuk



JAKARTA. Meski nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan sejak kemarin, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan arus modal asing masih akan masuk hingga akhir tahun. Andry mengatakan, pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS belakangan lebih disebabkan oleh gejolak yang terjadi di pasar keuangan global. Andry bilang, Eropa kemungkinan mengetatkan kebijakan moneternya. Sementara faktor yang bersumber dari domestik justru lebih banyak positifnya. Misalnya, data neraca perdagangan Juni yang cukup baik yang menyebabkan neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) membaik.

Andry memperkirakan, CAD tahun ini akan mencapai 1,7% dari produk domestik bruto (PDB), lebih baik dari proyeksi yang sebelumnya sebesar 2,2% dari PDB. Selain itu, data inflasi Juni yang sebesar 0,69% juga menunjukkan angka yang cukup rendah selama lima tahun terakhir. Meski di atas konsensus, angka inflasi tersebut tergolong rendah di tengah kenaikan administered prices. "CAD relatif rendah dan saat ini fokus di capital inflow. Kami melihat masih ada potensi masuk," kata Andry saat dihubungi KONTAN, Selasa (4/7). Lebih lanjut menurutnya, inflow tersebut didorong oleh pelaku pasar yang sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS satu kali lagi hingga akhir tahun. Bahkan, pasar juga telah memperhitungkan kenaikan suku bunga acuan The Fed tahun depan. "Mungkin yang lebih diwaspadai adalah kecepatan penyesuaian neraca The Fed," tambahnya. Selain itu, pemerintah juga masih akan menerbitkan satu lagi surat berharga negara (SBN) valas berdenominasi euro di semester kedua tahun ini. Oleh karena itu, Andry memperkirakan nilai tukar rupiah di akhir tahun akan berada di level Rp 13.400 per dollar AS. Sementara perkiraan adanya capital inflow di semester kedua tahun ini berpeluang meningkatkan cadangan devisa akhir tahun menjadi US$ 125 miliar US$ 130 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan