Rupiah lesu, bank waspadai risiko kredit impor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir mewaspadai risiko kredit impor pada 2018 ini. Ada dua faktor penyebabnya.

Pertama, pelemahan dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Kedua, risiko kenaikan suku bunga acuan.

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga acuan nantinya akan ditransmisikan ke suku bunga kredit yang bisa mempengaruhi permintaan kredit.


Mahelan Prabantarikso, Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) bilang, pertumbuhan kredit akan terkoreksi seiring dengan kenaikan suku bunga acuan.

"Lebih ke sektor yang berbahan baku impor," kata Mahelan kepada kontan.co.id, Senin (4/6).

Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk bilang kredit impor banyak ditentukan oleh fluktuasi kurs.

"Jika dollar naik (menguat) akan mengurangi permintaan kredit impor," kata Tiko sapaan akrabnya, Senin (4/6).

Suprajarto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bilang risiko kredit impor akan terjadi pada debitur perusahaan yang berbiaya tinggi dan tidak efisien.

"Bagi debitur yang baik-baik saja tidak terlalu pengaruh," kata Supra, Senin (4/6).

Sebagai gambaran kredit impor industri perbankan sampai Maret 2018 2018 sebesar Rp 61,4 triliun atau naik 35% secara tahunan atau year on year (yoy).

Dari penyaluran kredit ini, kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada kredit impor pada kuartal I 2018 meningkat 59 bps menjadi 2,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia