JAKARTA. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih terus mengalami tekanan. Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah ditutup pada posisi Rp 9.703. Nah, pada pukul 12.15 hari ini (25/2), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.711. Hal ini menandakan rupiah terkoreksi sebesar 8 poin atau 0,1% dibandingkan dengan penutupan Jumat (22/2) akhir pekan lalu.Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengungkapkan, ada beberapa penyebab mengapa nilai rupiah terus mengalami tekanan. Di antaranya adalah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (Fed), yang menjadi pengaruh global. The Fed diperkirakan akan menghentikan program stimulus bulanannya. Kondisi itu menyebabkan dollar perkasa. Sementara, dari faktor domestik, pelemahan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh posisi neraca perdagangan Indonesia yang masih menunjukkan defisit. Karena itu, menurut Rully, Bank Indonesia akan menjaga pasar agar rupiah tidak tergelincir terlalu jauh."Ke depan, rupiah kemungkinan masih akan mengalami tekanan. Bank Indonesia akan menjaga pasar agar rupiah tidak jatuh terlalu jauh dari kisaran Rp 9.700," kata Rully pada Senin (25/2).Menurutnya, pada penutupan hari ini, BI akan menjaga rupiah di level Rp 9.710 sampai dengan Rp 9.720. Senada dengan Rully, analis pasar uang Samuel Sekuritas Lana Soelistyaningsih juga mengungkapkan bahwa rupiah berpotensi melemah setidaknya sampai dengan akhir pekan ini.Pelemahan ini menurut Lana disebabkan oleh isu yang sama. "Hingga akhir pekan kemungkinan rupiah tidak akan terkerek," tutur Lana.Lana menambahkan, isu rotasi Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjadi Gubernur Bank Indonesia, tidak serta merta mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Lana juga menyebutkan, pada transaksi hari ini, rupiah akan bertahan di level Rp 9.710 sampai dengan Rp 9.780. "Semoga tidak akan menembus level Rp 9.800 sampai akhir pekan ini," tandas Lana.
Rupiah loyo akibat faktor eksternal & internal
JAKARTA. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih terus mengalami tekanan. Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah ditutup pada posisi Rp 9.703. Nah, pada pukul 12.15 hari ini (25/2), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.711. Hal ini menandakan rupiah terkoreksi sebesar 8 poin atau 0,1% dibandingkan dengan penutupan Jumat (22/2) akhir pekan lalu.Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengungkapkan, ada beberapa penyebab mengapa nilai rupiah terus mengalami tekanan. Di antaranya adalah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (Fed), yang menjadi pengaruh global. The Fed diperkirakan akan menghentikan program stimulus bulanannya. Kondisi itu menyebabkan dollar perkasa. Sementara, dari faktor domestik, pelemahan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh posisi neraca perdagangan Indonesia yang masih menunjukkan defisit. Karena itu, menurut Rully, Bank Indonesia akan menjaga pasar agar rupiah tidak tergelincir terlalu jauh."Ke depan, rupiah kemungkinan masih akan mengalami tekanan. Bank Indonesia akan menjaga pasar agar rupiah tidak jatuh terlalu jauh dari kisaran Rp 9.700," kata Rully pada Senin (25/2).Menurutnya, pada penutupan hari ini, BI akan menjaga rupiah di level Rp 9.710 sampai dengan Rp 9.720. Senada dengan Rully, analis pasar uang Samuel Sekuritas Lana Soelistyaningsih juga mengungkapkan bahwa rupiah berpotensi melemah setidaknya sampai dengan akhir pekan ini.Pelemahan ini menurut Lana disebabkan oleh isu yang sama. "Hingga akhir pekan kemungkinan rupiah tidak akan terkerek," tutur Lana.Lana menambahkan, isu rotasi Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjadi Gubernur Bank Indonesia, tidak serta merta mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Lana juga menyebutkan, pada transaksi hari ini, rupiah akan bertahan di level Rp 9.710 sampai dengan Rp 9.780. "Semoga tidak akan menembus level Rp 9.800 sampai akhir pekan ini," tandas Lana.