JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun 2014. Bila pelemahan itu terjadi cukup dalam dihawatirkan akan mempengaruhi realisasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014. Menteri Keuangan Chatib Basri menilai, perubahan kurs memang bisa membuat anggaran membengkak. Ujungnya, bisa mengancam defisit yang lebih besar. Jika itu terjadi,maka Chatib akan mengerem belanja pemerintah pusatnya. “Kalau terjadi pembengkakan, itu belum tentu penyerapannya juga 100%,” jelas Chatib.
Dalam hitung-hitungan Chatib, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 1.000 per dollar AS, akan membuat defisit anggaran bertambah sebesar Rp 5 triliun. Dengan begitu, Chatib bilang, jika pelemahan nilai tukar riupiah menjadi Rp 12.500 per Dollar AS, dari Rp 11.000 per Dollar AS, artinya akan menambah defisit anggaran tahun 2014 naik jadi 7,5 triliun. Kalaupun dari sisi belanja tidak bisa ditekan, Chatib optimistis pemerintah bisa mengimbangi pelemahan nilai tukar dengan meningkatkan penerimaan negara. Soalnya, dampak dari pelemahan nilai tukar tidak hanya terhadap pembengkakan belanja negara, tetapi juga penerimaan negara. Karena jika rupiah melemah, ekspor juga akan meningkat. Asal tahu saja, dalam APBN 2014 proyeksi pendapatan negara diperkirakan sebesar Rp 1.667,1 triliun, sedangkan anggaran belanja negara sebesar Rp 1.845 triliun. Dengan begitu, diperkirakan akan ada defisit dalam APBN 2014 sebesar Rp 175,4 triliun. Salah satu cara untuk menutupi defisit tersebut pemerintah akan menutupinya dengan menerbitkan surat utang. Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko mengatakan pemerintah harus lebih konkrit lagi dalam memperbaiki membengkaknya anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, selama ini yang menjadi masalah adalah tingginya impor BBM, dimana hal itu erat kaitannya dengan pelemahan nilai tukar.
Prasetyantoko melihat akan sulit bagi pemerintah untuk mendongkrak penerimaan dari sisi pajak. Penyebabnya adalah banyaknya insentif pajak yang diberikan pemerintah tahun 2014 mendatang. Hal itu dilakukan untuk mendorong pertumbuhan investasi di Indonesia. Prasetyantoko melihat tekanan rupiah diperkirakan akan terjadi pada kuartal pertama tahun 2014. Hal itu terkait dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal reserve yang akan mengurangi dana stimulus mulai januari 2014. “Saya perkirakan rupiah akan melemah hingga level Rp 12.500 per Dollar AS di kuartal pertama,” ujar Prasetyantoko. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan