Rupiah loyo di hari ketiga, ini faktor penekannya



JAKARTA. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, dollar AS masih mempertahankan penguatannya terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul masih kuatnya keyakinan pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

"Penguatan dollar AS juga didukung oleh kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang diproyeksikan cukup agresif," katanya sebagaimana dilansir Antara, Rabu (21/12).

Ia mengemukakan bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) berencana untuk menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali lagi pada 2017 mendatang. Alhasil, level bunga yang lebih tinggi memicu permintaan dollar AS meningkat.


Kendati demikian, menurut dia, harga minyak yang bergerak di area positif menyusul ekspektasi cadangan minyak Amerika Serikat yang akan turun menjaga harga komoditas lainnya, kondisi itu dapat menjaga fluktuasi mata uang komoditas.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu (21/12) sore ini menguat 0,64 % menjadi US$ 53,64 per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude menguat 0,61 % ke posisi US$ 55,69 per barel.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa konsistensi kenaikan harga komoditas bisa menjaga fluktuasi mata uang domestik ke depannya.

"Meski dalam jangka pendek pelemahan rupiah bisa bertahan, tetapi daya tarik imbal hasil tinggi surat utang negara (SUN) serta ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi akibat kenaikan harga komoditas bisa mengembalikan sentimen positif terhadap rupiah di jangka menengah," katanya.

Mengacu Bloomberg, di pasar spot rupiah melemah ke Rp 13.459 per dollar AS atau  0,16% dari penutupan kemarin Rp 13.438 per dollar AS.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.473 dibandingkan Selasa (20/12) Rp13.393. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto