Rupiah Loyo ke Rp 15.201 per Dolar AS Kamis (3/8) Pagi, Turun 3 Hari Beruntun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan untuk tiga hari beruntun di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (3/8).

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot dibuka Rp 15.201 per dolar AS atau melemah 0,17% dari posisi Rp 15.175 per dolar AS.

Asal tahu, dolar bertengger di dekat level tertinggi empat minggu hari ini. Mengabaikan penurunan peringkat utang AS yang menimbulkan keraguan terhadap prospek fiskal negara tersebut dan sebaliknya mendapat dukungan dari data gaji swasta yang kuat.


Data yang dirilis pada hari Rabu (2/8) menunjukkan, gaji swasta AS naik lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli telah mendorong greenback.

Angka-angka tersebut menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga AS lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Baca Juga: Simak Prediksi Pergerakan Rupiah untuk Kamis (3/8) Hari Ini

Hal ini mengirim indeks dolar ke level tertinggi sejak 7 Juli pada sesi sebelumnya. Terakhir berada di level 102,56, tidak jauh dari puncak hari Rabu (2/8) di 102,78.

Imbal hasil US Treasury juga tetap tinggi pada awal perdagangan Asia, dengan imbal hasil US Treasury tenor 10-tahun terakhir di 4,0977%. Setelah melonjak ke level tertinggi sejak November di 4,1260% pada hari Rabu.

Euro naik 0,06% menjadi US$1,0944, menutup beberapa kerugian dari sesi sebelumnya.

"Angka ADP yang kuat, sejauh ini dianggap sebagai pengukur penggajian non-pertanian, seolah-olah menimbulkan banyak kenaikan dalam imbal hasil US Treasury dan dolar AS," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank mengutip Reuters.

Laporan nonfarm payrolls AS yang diawasi ketat akan dirilis pada hari Jumat.

Para trader lain mengatakan bahwa gelombang baru penghindaran risiko setelah lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat utang AS juga memicu beberapa pembelian safe-haven, memberikan dukungan pada dolar.

Langkah tersebut, yang mengundang tanggapan marah dari Gedung Putih dan membuat beberapa investor tercengang, telah memicu aksi jual di Wall Street pada sesi sebelumnya.

Sentimen risk-off juga merugikan dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko, yang masing-masing jatuh lebih dari 1% pada hari Rabu.

"Aset-aset berisiko lebih terdampak oleh penurunan peringkat Fitch," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets.

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga The Fed Sokong Dolar AS, Simak Mata Uang Asia yang Bisa Dilirik

"Dolar AS sebenarnya menguat terhadap sebagian besar mata uang lainnya (dan) ada perdagangan penghindaran risiko di semua kelas aset."

Di tempat lain, sterling naik 0,02% ke $1,2714 menjelang keputusan kebijakan moneter Bank of England (BoE) pada hari Kamis.

Di mana bank sentral ini diperkirakan akan menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir di 5,25% dari 5%.

Yen naik tipis ke 143,31 per dolar, meskipun tetap berada di dekat level terendah selama lebih dari tiga minggu di 143,545 yang dicapai di awal minggu ini.

Mata uang Jepang telah berada di bawah tekanan minggu ini bahkan ketika Bank of Japan pada hari Jumat melonggarkan cengkeramannya pada suku bunga.

Para pembuat kebijakan juga dengan cepat menepis spekulasi bahwa langkah tersebut merupakan awal dari keluarnya kebijakan ultra-mudah bank sentral.

"Pelemahan ini kemungkinan besar didorong oleh tidak adanya perdagangan normalisasi kebijakan yang lebih signifikan," kata Karen Fishman, ahli strategi senior di Goldman Sachs.

Aussie terakhir naik 0,14% pada $ 0,65465, setelah sebelumnya memperpanjang kenaikannya pada data yang menunjukkan aktivitas jasa China berkembang pada kecepatan yang sedikit lebih cepat di bulan Juli.

Kiwi turun 0,02% menjadi $0,6079.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto