KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah merosot di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (8/3). Efek pidato Gubernur The Fed Jeremy Powell yang bernada
hawkish terkait suku bunga telah menimbulkan sentimen
risk off di pasar. Mengutip
Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,46% ke level Rp 15.437 per dolar AS dari hari sebelumnya. Sementara, rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah 0,59% ke level Rp 15.451 per dolar AS. Presiden HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati bahwa rupiah meluncur pada sesi kedua, sementara bertahan di level terendah sejak pertengahan Januari. Hal itu karena indeks dolar melayang di level tertinggi dalam 3 bulan di atas 105,5, setelah kesaksian oleh pejabat AS.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Tertekan Pidato Hawkish The Fed "Powell mengatakan di hadapan Kongres bahwa data ekonomi yang kuat meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga yang berkepanjangan," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (8/3). Dari internal, lanjut Sutopo, telah menunjukkan bahwa mood konsumen di Indonesia turun bulan lalu, karena persiapan menyambut bulan suci Ramadan di tengah meningkatnya tekanan biaya. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan tingkat suku bunga acuan saat ini sebesar 5,75% cukup untuk mengembalikan inflasi ke target bank sentral di semester kedua tahun ini. Sebab, dewan BI telah memberikan total kenaikan suku bunga sebesar 225 bps dari Agustus lalu hingga Januari 2023. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana turut melihat efek pidato Powell telah menekan posisi sejumlah mata uang termasuk rupiah. Pemimpin bank sentral AS itu mengindikasikan kenaikan suku bunga lebih tinggi yang mendorong ekspektasi terminal Fed Rate akan menuju level 5,75% di bulan Mei 2023. Pidato sementara The Fed ini mendorong perubahan pada keseluruhan kondisi market. Imbal hasil obligasi AS telah naik signifikan terutama tenor 2 tahun. Fikri bilang, data tenaga kerja AS bakal menjadi perhatian pasar untuk besok Kamis (9/3), salah satunya ADP Employment Change. Data tenaga kerja yang masih cukup kuat artinya menyiratkan permintaan yang kuat. "Dengan tenaga kerja yang kuat, inflasi masih akan tinggi maka Fed Fund Rates bisa lebih tinggi lagi," jelas Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (8/3).
Baca Juga: Tengah Hari, Rupiah Melemah 0,54% ke Rp 15.450 Per Dolar AS, Rabu (8/3) Mengutip Tradingeconomics, Rabu (8/3), ADP Employment Change secara tak terduga menciptakan 242 ribu pekerjaan pada Februari 2023. Ini di atas data sebelumnya yang telah direvisi sebesar 119 ribu dan lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 200 ribu. Karena melihat tekanan eksternal itu, Fikri menilai rupiah akan terdepresiasi di perdagangan esok, Kamis (9/3). Meskipun, fundamental Indonesia masih cukup kuat diantaranya tercermin dari tumbuhnya cadangan devisa di Februari 2023.
Untuk diketahui, cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 140,3 miliar atau sekitar Rp 2.163 triliun di Februari. Ini artinya cadangan devisa naik dari posisi Januari 2023 yang sebesar US$ 139,4 miliar atau sekitar Rp 2.114 triliun. Sutopo menambahkan, saat ini pasar sedang menanti testimoni Jerome Powell untuk hari ke-2 dan laporan pekerjaan non-Farm Payroll (NFP) di hari Jum'at. Data yang lebih kuat akan semakin memperkuat ketegasan The Fed untuk menaikkan suku bunga jangka panjang. Sutopo memperkirakan rupiah akan diperdagangkan pada kisaran Rp 15.400 - Rp 15.500 per dolar AS di Kamis (9/3). Senada, Fikri memproyeksikan rupiah akan bergerak di rentang Rp 15.400-15.500 per dolar AS, tetapi akan lebih mendekati level Rp 15.460 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto