Rupiah loyo, koperasi tempe sulit impor kedelai



JAKARTA. Niat Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) untuk melakukan impor kedelai secara berkelanjutan nampaknya sulit terealisasikan. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terus berfluktuasi menjadi penyebabnya. 

Ketua Gakoptindo Aip Syarifudin mengatakan, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang menembus Rp 12.000 sangat menyulitkan. Walhasil, para pengrajin tempe dan tahu mendapatkan harga kedelai murah sulit direalisasikan. 

Melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar AS ditambah lagi dengan modal yang terbatas mengakibatkan impor kedelai yang dilakukan Gakoptindo tidak dapat menyaingi perusahaan swasta yang sebagian besar merupakan multinasional. "Pendanan kita terbatas, tidak dapat bersaing dengan swasta," katanya, awal pekan ini. 


Awal tahun, Gakoptindo menargetkan dapat merealisasikan impor kedelai sebanyak 15.000 ton-20.000 ton pada tahun 2014 ini. Namun, jumlah tersebut nampaknya sulit tercapai karena hingga pertengahan tahun volume impor yang dilakukan baru mencapai 2.800 ton.

Kapasitas impor kedelai Gakoptindo juga tidak besar yakni dikisaran 1.000 ton untuk sekali pengapalan. Tentu saja, kondisi tersebut tidak mampu mempengaruhi pasar sehingga harga kedelai dapat melandai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa