KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan pekan ini. Namun, rupiah masih tampil perkasa secara mingguan. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bahwa pelemahan rupiah hari ini (27/1) merupakan sentimen dari Bank Indonesia (BI) yang memberikan sinyal untuk tidak menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hal itu sejalan dengan proyeksi bahwa Fed juga akan mulai menghentikan kenaikan suku bunganya pada semester I-2023 ini. Beruntungnya, posisi rupiah secara mingguan masih kuat karena didorong oleh penguatan tajam pada hari Selasa (24/1), bertepatan setelah hari libur Imlek.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mencermati bahwa Rupiah sepekan ini sukses menguat dan berkonsolidasi di bawah level psikologis Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah masih didukung oleh revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 tahun 2019 terkait Devisa Hasil Eskpor (DHE). Ketentuan tersebut diharapkan bisa menaikkan cadangan devisa secara signifikan ke depannya.
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 14.986 Per Dolar AS Pada Hari Ini (27/1) "Penguatan rupiah juga tak lepas dari sinyal Bank Indonesia (BI) akan segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Hal itu menyusul data inflasi Indonesia yang diperkirakan akan turun," ucap Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (27/1). Dari eksternal, Lukman mengatakan, investor tertuju pada data ekonomi penting AS. Dimana, dolar AS
rebound atau berbalik menguat setelah data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal IV-2022 yang lebih kuat dari perkiraan. Perekonomian AS tumbuh 2,9% pada kuartal IV-2022. Angka ini mengalahkan perkiraan konsensus di 2,6%. Sedangkan, data inflasi indeks harga konsumsi pribadi atau Personal Consumption Expenditure (PCE) PCE akan dirilis malam ini. Sementara di pekan depan, investor akan dihadapkan oleh serangkaian data ekonomi penting dan agenda bank sentral utama dunia, terutama pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan Non Farm Payroll (NFP) dari AS. Lukman memperkirakan rupiah masih akan bertahan di bawah level Rp 15.000 per dolar AS. Bahkan, rupiah berpotensi menguat apabila The Fed sesuai dengan perkiraan pasar yakni hanya menaikkan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) dan tidak ada kejutan dari pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell.
Baca Juga: Nasib Indeks Dolar AS Jelang Rapat The Fed Lukman menilai rupiah bakal berada di rentang Rp 14.800 - Rp 15.150 per dolar AS di perdagangan minggu depan. Sedangkan, Josua memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.900 - Rp 15.050 per dolar AS selama pekan depan.
Josua melihat pergerakan rupiah di pekan depan cenderung
sideways atau mendatar. Kecenderungan investor saat ini menunggu sinyal dan hasil rapat FOMC pada 1 Februari 2023. Adapun, pada perdagangan hari ini, Jumat (27/1), rupiah Jisdor BI berada di level Rp 14.978 per dolar AS. Rupiah Jisdor melemah tipis 0,09% secara harian, tetapi menguat 0,94% secara mingguan. Sejalan, rupiah spot juga ditutup melemah 0,25% secara harian ke Rp 14.986 per dolar AS. Secara mingguan, nilai tukar rupiah di pasar spot sukses menguat 0,60%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari