Rupiah masih akan stabil sampai Maret mendatang



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat masuknya arus modal asing (capital inflow) sebesar Rp 25 triliun dari awal Januari 2017 hingga akhir pekan lalu. Jumlah itu naik tipis dibanding inflow dari awal tahun 2016 hingga 10 Februari 2017 sebesar Rp 24,4 triliun.

Walau mini, menurut BI, adanya capital inflow telah membuat nilai tukar rupiah selama Februari 2016 cenderung stabil. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada 1 Februari 2017 bergerak di level Rp 13.300 per dollar AS. Sementara periode yang sama tahun lalu, rupiah bergerak di level Rp 13.800 per dollar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, selain capital inflow, stabilnya nilai tukar rupiah hasil kombinasi berbagai hal. Pertama, fundamental ekonomi Indonesia yang positif dan sentimen positif membaiknya ekspor.


Kedua, kebijakan di Amerika Serikat (AS) masih terus dicerna pasar. "Tentu saja sejumlah risiko masih perlu terus diwaspadai termasuk pemilu di Eropa dan juga kondisi di Yunani," kata Juda kepada KONTAN, Jumat (24/2).

Ketidakpastian keuangan global karena rencana kenaikan suku bunga The Fed dan kondisi Eropa juga diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Selain krisis utang Yunani, ekonomi Eropa juga goyah seiring membengkaknya utang Italia.

Rasio utang Yunani mendekati 200% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit anggaran Yunani juga mencapai 4,2% dari PDB. "Kita sudah lihat Brexit, dulu pernah disebutkan Grexit (Greek Exit), tidak mungkin Yunani tetap di Uni Eropa dengan defisit lebih dari 3% ," katanya.

Ketidakpastian

Isu Eropa ini, menurut Menkeu, akan menjadi topik pembicaraan di tingkat global dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Kondisi menjadi lebih rumit lantaran Jerman, Prancis, dan Belanda yang selama ini menjadi penyelamat Yunani tengah menghadapi masa pemilihan umum. "Akan jadi ketidakpastian hingga Juni-Juli mendatang," tambahnya.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara bilang, stabilnya rupiah sejalan dengan pasar yang melihat kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) baru terjadi di semester kedua nanti. BI pun memperkirakan suku bunga AS akan mengalami kenaikan sebanyak dua kali di tahun ini.

The Fed masih memantau penyebab kenaikan inflasi di AS. "Kalau kenaikan inflasi karena faktor biaya yang naik tetapi pertumbuhan ekonomi belum naik, belum tentu The Fed melakukan pendekatan. Akan dilihat inflasi yang naik karena pertumbuhan ekonomi atau harga minyak internasional saja," katanya.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, stabilnya nilai tukar rupiah di kisaran Rp 13.300-Rp 13.400 per dollar AS akan berlangsung hingga The Fed menaikkan suku bunganya. Peluang kenaikan itu ada di Maret, danĀ  di Juni dan September. diperkirakan, Maret rupiah akan bergerak ke level Rp 13.400 per dollar AS dan Juni ke level Rp 13.550 per dollar AS.

Perlahan, rupiah kembali ke Rp 13.400 per dollar AS di September 2017 dan Rp 13.300 per dollar AS di akhir tahun. "Pada akhirnya dollar relatif stabil selama tahun ini," kata.

Kepala Ekonom Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi bilang, pembayaran deviden dalam valuta asing oleh penanaman modal asing (PMA) dan investor portofolio asing juga patut diwaspadai Sebab, pembayaran deviden dalam valas membutuhkan konversi dari rupiah ke valas. "Sehingga bisa menekan rupiah pada periode, biasanya di Mei dan Juni," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia