KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Kurs rupiah spot menguat 0,81% ke Rp 15.727 per dolar AS pada Jumat (3/11). Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 1,33% dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.939 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor menguat 0,57% secara harian ke Rp 15.771 per dolar AS pada Jumat lalu. Rupiah Jisdor melesat 1,06% secara mingguan. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan rupiah berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan pekan depan di kisaran Rp 15.650 per dolar AS–Rp 15.775 per dolar AS. Sedangkan Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memprediksi rupiah akan berada pada kisaran antara Rp 15.675 per dolar AS–Rp 15.750 per dolar AS di pekan depan.
Sutopo menyoroti dolar melemah, terbebani oleh meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed telah selesai melakukan siklus pengetatan moneter. Dolar juga mengikuti penurunan imbal hasil Treasury yang terlihat dari imbal hasil acuan AS bertenor 10 tahun mencapai level terendah tiga minggu sekitar 4,6% pada Kamis (2/11).
Baca Juga: Wall Street Naik Saat Data Pekerjaan yang Lemah Memperkuat Spekulasi Jeda Suku Bunga “Para pedagang terus bertaruh bahwa kampanye pengetatan The Fed akan segera berakhir,” imbuh Sutopo, Jumat (3/11). Sutopo bilang, data baru yang dirilis selama pekan ini memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS perlahan-lahan mereda. Hal itu tercemin dari klaim pekerjaan yang melebihi perkiraan untuk minggu kedua, biaya tenaga kerja secara tak terduga turun 0,8% di kuartal ketiga, serta laporan ADP Employment Change yang mengecewakan. Sebaliknya, rilis data lowongan pekerjaan atau JOLTS melampaui perkiraan. Menurut Sutopo, langkah bank sentral AS mempertahankan suku bunga kebijakannya tetap stabil pada hari Rabu (1/11) masih membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut di tengah tingginya inflasi dan ketahanan ekonomi. Namun, pasar masih bertaruh bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga karena dampak kenaikan sebelumnya terhadap perekonomian belum terwujud. “Beberapa alasan tersebut telah membawa dolar lebih rendah terhadap sebagian mata uang, sehingga membuat IDR sedikit menarik napas,” ujar Sutopo. Baca Juga:
Melaju, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 15.771 Per Dolar AS Pada Jumat (3/11) Josua mengamati, penguatan rupiah di akhir perdagangan pekan ini sebagai dampak berlanjutnya sentimen
risk on sejak keputusan FOMC lalu. The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dan menjeda kenaikan suku bunga acuan di pertemuan awal November. Penguatan rupiah juga diakibatkan oleh kenaikan
initial jobless claims AS yang semakin menguatkan kemungkinan bahwa Fed tidak menaikkan suku bunganya lagi di bulan Desember ataupun Januari tahun depan. Sentimen
risk-on ini bahkan masih mampu mendominasi sentimen di pasar Asia, meskipun data sektor jasa Tiongkok tercatat meningkat lebih terbatas dibandingkan perkiraan. “Pergerakan rupiah pada pekan ini didominasi oleh sentimen
risk-on dari pertemuan FOMC,” ucap Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).
Baca Juga: Sumringah, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.728 Per Dolar AS Pada Hari Ini (3/11) Pada perdagangan pekan depan, Sutopo melihat fokus pasar akan kembali kepada tensi geopolitik seiring minimnya rilis data-data ekonomi. Dari domestik, pelaku pasar akan memperhatikan laporan Produk Domestik Bruto (PDB) di hari Senin (5/11). Josua mencermati adanya potensi rupiah bergerak akan cenderung dinamis terutama pada perdagangan awal pekan depan. Hal itu seiring adanya rilis data ketenagakerjaan AS yang dirilis malam nanti seperti data
non farm payroll (NFP) dan tingkat pengangguran. Pada hari Senin pula, data PDB Indonesia untuk kuartal ketiga akan dirilis. Bank Permata memperkirakan PDB Indonesia masih akan tumbuh di kisaran 5,05% YoY periode kuartal ketiga 2023. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati