KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah bergerak melemah sepanjang Oktober 2024 tertekan faktor eksternal. Meski begitu faktor ekonomi domestik yang positif dan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed akan mendorong kembali penguatan rupiah. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpandangan bahwa pelemahan rupiah tidak serta merta hanya akibat sentimen-sentimen eksternal. Sebut saja meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Memang, pasca peningkatan geopolitik, yang juga dibarengi data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang membaik, rupiah ambles. Ditambah pemerintah China yang mulai menggelontorkan stimulus ekonomi sehingga berpotensi menarik aliran dana asing.
Baca Juga: BI Proyeksi The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan di Sisa Tahun 2024 Alhasil, sepanjang Oktober ini, rupiah telah melemah 2,4% sejalan dengan penguatan dolar AS sebesar 2,5%. Meski begitu, pelemahan rupiah masih lebih baik dibandingkan negara Asia lainnya. Contohnya, Ringgit Malaysia yang melemah 4%, Won Korea Selatan, Baht Thailand, Peso Filipina turut melemah di atas 3%. "Sehingga saya menilai ada efek fundamental ekonomi Indonesia yang positif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10). Di sisi lain, Josua mencermati pelemahan rupiah juga disebabkan investor yang bersikap wait and see dengan kondisi global. Hal ini tercermin dari aliran dana asing yang masih masuk ke Indonesia. Sepanjang Oktober, Josua menyebutkan dana asing memang keluar dari pasar saham, tetapi pasar obligasi masih mencatatkan inflow yang lebih tinggi. Baca Juga: Rupiah Menguat Hari Ini Berkat Keputusan BI, Simak Proyeksi Untuk Kamis (17/10) "Artinya, tidak sepenuhnya dengan adanya stimulus ekonomi di China dan kondisi geopolitik di Timur Tengah serta-merta langsung mendorong capital flight," terangnya.