Rupiah Masih Berpotensi Melemah di Pekan Terakhir Januari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi melemah di awal perdagangan Senin (24/1). Pasar keuangan masih diselimuti kekhawatiran akan kebijakan moneter Federal Reserve. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, para pelaku pasar masih khawatir terkait seberapa hawkish kebijakan dari The Fed ke depan. “Lalu, pasar kemungkinan juga akan risk-off sentimen di pasar Asia, terutama terkait ketegangan politik Amerika Serikat (AS) dan Rusia,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (21/1).

Sementara analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan, pergerakan rupiah juga akan ditentukan dengan pergerakan yield US Treasury. Ketika ada indikasi yield obligasi tersebut naik, maka kekhawatiran capital outflow bisa muncul dan bisa menekan rupiah kembali. 


Baca Juga: BI: Total Nilai Penjualan E-Commerce di 2021 Tercatat Rp 401 Triliun

Peningkatan kasus omicron di dalam negeri, juga bisa memperberat sentimen negatif untuk rupiah, apalagi jika kemudian ternyata level PPKM di Ibu Kota kembali diperketat. “Secara umum, pelaku pasar kemungkinan akan bersikap wait and see menjelang rapat FOMC, sehingga membuat pergerakan cenderung mendatar,” imbuh Alwi.

Alwi pun memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.310 per dolar AS-Rp 14.360 per dolar AS. 

Adapun, pada perdagangan Jumat (21/1), rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.335 per dolar AS atau menguat 0,03%. Kendati begitu, jika dihitung dalam sepekan, rupiah justru melemah 0,27%.

Sementara di kurs Jisdor Bank Indonesia (BI), mata uang Garuda ini juga menguat tipis 0,04% ke Rp 14.347 per dolar AS. Namun, jika dalam seminggu terakhir, rupiah catatkan pelemahan 0,26%.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Jelang Rapat The Fed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati