Rupiah masih dalam posisi lemah



JAKARTA. Rupiah masih sulit keluar dari tekanan dollar AS. Pada penutupan perdagangan akhir tahun lalu (30/12), kurs rupiah tergelincir tipis 0,01% ke Rp 13.471 per dollar AS.

Tapi menurut catatan Bank Indonesia, kurs tengah rupiah di akhir tahun naik 0,26% ke Rp 13.436 per dollar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menyatakan, ada beberapa data ekonomi AS yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah pekan ini. Misalnya indeks belanja sektor manufaktur, pengumuman notulen rapat FOMC Desember lalu dan data non-farm payroll.


"Prediksinya, data tersebut masih positif, ini membuat ruang gerak rupiah semakin sempit," tutur Rully.

Tambah lagi, pelaku pasar juga masih wait and see hingga Donald Trump resmi dilantik jadi Presiden AS. Hal ini bisa memicu pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan beralih memburu aset safe haven. Untungnya, fundamental domestik masih cukup kuat tekanan dari AS.

Menurut Agus Chandra, Research and Analyst Monex Investindo Futures, data inflasi dan rilis indeks kepercayaan konsumen pekan ini akan positif. "Data domestik saya kira masih tetap positif, jadi pada dasarnya fundamental masih stabil," terang Agus.

Melihat faktor-faktor tersebut, Agus memprediksi sepanjang pekan depan rupiah melemah di kisaran Rp 13.350- Rp 13.550 per dollar AS. Sedangkan Rully menghitung rupiah bergerak antara Rp 13.425-Rp 13.550 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie