KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan alias BI-Rate di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, BI akan mempertahankan suku bunga lantaran masih adanya tekanan terhadap nilai tikar rupiah dan arus modal masuk yang terbatas. Menurutnya, pergerakan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini masih akan dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Presiden AS terpilih Donald Trump yang turut mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang global.
Baca Juga: Bank Indonesia Diperkirakan Menahan Suku Bunga Acuan 6% pada RDG Januari 2025 “Terindikasi oleh dolar indeks pada keseluruhan tahun 2024 sebesar 7% dan penguatan dolar AS masih berlanjut hingga awal tahun 2025 ini dan bahkan sudah menembus level 110,” tutur Josua mengutip keterangan tertulisnya, Selasa (14/1). Josua menyampaikan, penguatan dolar AS tersebut juga diikuti dengan kenaikan yield US Treasury 10 tahun di sepanjang tahun 2024 yang lalu sebesar 69 basis poin (bps) ke level 4,57%. Begitupun dengan kenaikan yield US Treasury yang masih berlanjut hingga awal tahun 2025 ini sekitar 21 bps menjadi ke level 4,78%. Kondisi nilai tukar rupiah yang masih bertengger di atas Rp 16.000 per dolar AS mencerminkan tantangan ekonomi global dan domestik. Menurut Josua, melemahnya rupiah utamanya disebabkan oleh penguatan dolar AS akibat kebijakan moneter yang cenderung hawkish oleh The Fed meskipun ada penurunan suku bunga. “Pasar tetap memandang dolar sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global. Rupiah juga terpengaruh oleh penurunan minat investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SRBI) pada bulan Desember yang lalu dan faktor ketidakpastian politik global, seperti kebijakan baru AS,” ungkapnya. Dalam jangka pendek, Ferry menambahkan, penguatan dolar AS dan sentimen global dapat terus memberikan tekanan pada rupiah. Meski begitu, dengan cadangan devisa yang solid, BI memiliki kapasitas untuk menjaga volatilitas yang berlebihan. Baca Juga: Awal Tahun 2025 Rupiah Alami Tekanan, Bagaimana Prospek ke Depan?