Rupiah Melemah 0,45% Sepanjang Pekan Ini, Berikut Faktor Pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah bergerak melemah di sepanjang pekan ini. Rupiah dipengaruhi perlambatan ekonomi China dan sentimen dari suku bunga Amerika Serikat (AS).

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.027 per dolar AS pada perdagangan Jumat (21/7). Mata uang garuda melemah sekitar 0,27% secara harian. Dalam sepekan, rupiah melemah 0,45%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah di pekan ini cenderung bergerak melemah, terutama di hari Selasa dan Jumat.  Pelemahan di hari Selasa diakibatkan oleh sentimen pertumbuhan ekonomi China yang berada di bawah ekspektasi, sementara pelemahan di hari Jumat diakibatkan oleh data ketenagakerjaan AS.


Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,24% ke Rp 15.026 Per Dolar AS Pada Jumat (21/7)

Rupiah cenderung bergerak melemah pada perdagangan hari Jumat ini dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan hawkish Fed yang meningkat seiring dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cenderung ketat.

Initial Jobless Claims atau jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran turun 9.000 dari minggu sebelumnya menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir 15 Juli. Angka ini terendah dalam dua bulan, dan jauh di bawah ekspektasi pasar 242.000.

“Rupiah pada Jumat (21/7) melemah bersama dengan mata uang Asia lainnya terhadap Dolar AS,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (21/7).

Pengamat Mata Uang Lukman Leong menambahkan, pelemahan rupiah turut dipengaruhi kekhawatiran perlambatan ekonomi  China. Ekonomi China melambat yang tercermin dari  rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) China yang lebih lemah.

Data PDB China yang dirilis pada (17/7), berkembang sebesar 6,3% YoY di kuartal kedua 2023, menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan 4,5% pada kuartal I-2023. Hanya saja, data PDB China masih jauh dari perkiraan pasar yang sebesar 7,3% YoY.

“Data-data China sebelumnya juga tidak cukup bagus seperti ekspor dan impor. Hal yang sama juga terjadi pada aktivitas ekspor dan impor Indonesia, sehingga memicu kekhawatiran divergensi prospek suku bunga,” ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (21/7).

Lukman mencermati, rupiah masih akan tertekan di pekan depan, menjelang pertemuan FOMC Juli 2023. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps. Disisi lain, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga.

Investor juga mengantisipasi data PDB AS kuartal kedua dan inflasi Price Consumption Expenditure (PCE) yang akan dirilis pekan depan. Data PDB AS akan diumumkan tanggal 27 Juli, sedangkan data PCE akan dirilis 28 Juli 2023.

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,27% ke Rp 15.027 Per Dolar AS Pada Jumat (21/7)

Sementara itu, Josua melihat rupiah berpotensi menguat menjelang pengumuman kebijakan FOMC. Bank Sentral AS kemungkinan besar nampaknya akan menaikan suku bunga pada pertemuan tersebu. Namun bila Fed mulai memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter, maka sentimen risk-on diperkirakan meningkat dan mendorong penguatan Rupiah.

“Optimisme ini didasarkan pada data inflasi AS yang melambat, baik dari sisi konsumen maupun produsen,” imbuh Josua.

Josua memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.950 per dolar AS – Rp 15.075 per dolar AS selama perdagangan pekan depan. 

Sedangkan, Lukman memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 14.900 per dolar AS – Rp 15.150 per dolar AS di pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi