Rupiah melemah akibat kombinasi sentimen internal dan eksternal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terperosok pada perdagangan Rabu (22/5). Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 0,31% ke level Rp 14.525 per dollar AS. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia juga melemah 0,17% ke level Rp 14.488 per dollar AS.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, pelemahan rupiah dipicu oleh beragam sentimen internal dan eksternal yang kompak terjadi secara bersamaan.

Dari dalam negeri, situasi politik tengah memanas setelah pengumuman hasil pilpres kemarin. Massa yang menolak keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) lantas melakukan aksi yang masih berlangsung hingga sekarang.


Menurutnya, secara historis rupiah memang rentan tertekan ketika terjadi aksi protes terhadap hasil pilpres. Apalagi, jika aksi protes tersebut berujung dengan kericuhan, maka akan membuat investor merasa belum cukup aman untuk menginvestasikan dananya di Indonesia.

Penyebab rupiah melemah tak hanya berasal dari dalam negeri. Saat ini, indeks dollar AS masih dalam tren yang menguat seiring ketidakpastian perang dagang antara AS dan China. Memang, baru-baru ini tersiar kabar pemerintah AS akan memberikan kelonggaran pembatasan produk telekomunikasi asal China Huawei.

Akan tetapi, kabar tersebut belum sepenuhnya meyakinkan para pelaku pasar. “Investor global masih menghindari aset-aset berisiko untuk sementara waktu,” ujar Yudi.

Di samping itu, harga minyak dunia yang masih berada di level tinggi juga bisa menekan defisit transaksi berjalan Indonesia, sehingga berdampak negatif bagi rupiah.

Tak ketinggalan, rupiah juga kesulitan untuk bangkit mengingat para investor masih menanti rilis notulen rapat The Federal Reserves pada hari ini waktu setempat. “Belum ada sentimen positif yang bisa mengangkat rupiah dalam waktu dekat,” kata dia.

Maka dari itu, besar kemungkinan rupiah akan kembali melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Kamis (23/5). Yudi memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.400—Rp 14.700 per dollar AS pada esok hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi