Rupiah Melemah, APM Otomotif Kerek Harga Jual Mobil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan kurs  rupiah yang semakin dalam membuat beberapa Agen Pemegang Merek (APM) otomotif mulai mengerek harga jual produk mobilnya ke konsumen akhir.      

Sebagaimana diketahui, mata uang rupiah terus bergerak volatil belakangan ini. 

Mengutip Bloomberg, rupiah berada di level Rp 16.321 per dollar AS pada Senin (1/7). Pekan sebelumnya, rupiah sempat terperosok ke kisaran Rp 16.400 per dollar AS.


Salah satu APM, PT Toyota  Astra Motor (TAM) telah melakukan penyesuaian harga jual pada beberapa model, terutama yang berstatus impor utuh atau completely built up (CBU) seperti Toyota Hiace dan Hiace Premio, Voxy, dan Land Cruiser 300. Toyota juga menaikkan harga jual Fortuner yang berstatus completely knock down (CKD) pada awal bulan ini.

Baca Juga: Lampu Merah Industri Manufaktur Indonesia, Daya Beli Makin Lesu

Marketing Director Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy tidak menyebut besaran kenaikan harga pada masing-masing model tersebut. 

Dia mengaku, salah satu faktor pertimbangan kenaikan sejumlah model Toyota adalah kondisi kurs mata uang terkini. Di samping itu, Toyota berusaha mempertahankan harga untuk model dengan volume penjualan yang tinggi.

"Penyesuaian harga kami fokuskan pada model CBU," kata Anton, Senin (1/7).

Sebagai gambaran, pada pertengahan Mei 2023 Toyota pernah menaikkan harga jual Land Cruiser 300 sebesar Rp 6,1 juta menjadi Rp 2,54 miliar untuk varian VX-R. Nah, situs resmi Toyota sayangnya belum memperbarui harga jual model tersebut untuk awal bulan ini.

Strategi penjualan

Terlepas dari itu, Toyota menganggap penyesuaian harga tidak lantas berisiko pada berkurangnya permintaan dari konsumen di pasar. 

Manajemen Toyota terus berkoordinasi dengan pihak dealer untuk menghadirkan program-program penjualan dan purnajual yang menarik sekaligus kompetitif, sehingga dapat mengkompensasi harga jual kendaraan yang naik.

"Kami juga menyiapkan beberapa model baru di semester II-2024, termasuk produk elektrifikasi dan kendaraan komersial," ungkap Anton.

Sementara itu, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) pernah menaikkan harga jual model Suzuki Jimny 5 pintu M/T Single Tone sebesar Rp 3 juta menjadi Rp 465 juta pada pertengahan April 2024.

Pihak Suzuki tidak menyebut apakah bakal kembali mengerek harga Jimny 5 pintu atau model lainnya, menyusul koreksi rupiah yang berlanjut. Kendati demikian, Suzuki tetap percaya diri dengan prospek pasar mobil nasional.

Memang, faktor seperti ketidakpastian kondisi ekonomi nasional, termasuk pelemahan rupiah hingga suku bunga acuan yang tinggi membuat penjualan mobil di Indonesia cenderung melambat selama tahun 2024 berjalan.

"Namun, selagi masyarakat membutuhkan kendaraan, kami optimistis pasar akan tetap tumbuh," ujar Harold Donnel, 4W Marketing Director Suzuki Indomobil Sales, Senin (1/7).

Suzuki pun berupaya menyesuaikan taktik penjualan mobilnya dengan kondisi daya beli masyarakat terkini.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan, pada dasarnya tiap APM memiliki strategi masing-masing terkait kebijakan harga jual produk. Kendati demikian, di tengah kurs rupiah yang berfluktuasi, para APM harus tahu momentum yang tepat kapan harus menyesuaikan ataupun mempertahankan harga jual mobilnya di pasar.

Gaikindo sendiri masih mempertahankan target penjualan mobil nasional sebanyak 1,1 juta unit hingga akhir 2024 nanti. Target ini dapat tercapai jika kondisi ekonomi Indonesia membaik dan gejolak kurs mereda.

"Kehadiran merek-merek baru juga menjadi pertanda bahwa pelaku usaha yakin pasar otomotif nasional akan segera pulih," pungkas Jongkie, Senin (1/7).

Baca Juga: Elektrifikasi Kendaraan Bisa Mengangkat Kinerja Emiten Otomotif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati