Rupiah Melemah, Bagaimana Dampaknya ke Produk Impor?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah dan menembus Rp 15.000 per dolar AS. Pada Rabu (26/10), rupiah spot ditutup di level Rp 15.563 per dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu (Aptindo) Ratna Sari Lopis mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini masih belum berdampak pada harga tepung terigu. Seperti diketahui tepung terigu merupakan salah satu turunan gandum yang merupakan produk impor. 

"Tapi kami masih belum bisa memprediksikan apakah nanti pada akhirnya akan mengganggu harga tepung terigu," kata Ratna kepada Kontan.co.id, Rabu (26/10). 


Baca Juga: Asumsi Dasar Ekonomi Makro di 2023 Terancam Meleset, Ini Kata Ketua Banggar

Beberapa produsen masih memiliki kecukupan stok gandum dua hingga tiga bulan ke depan. Selain itu menurut Ratna, kenaikan tepung terigu biasanya berjalan secara bertahap, memperhitungkan daya beli masyarakat dan ketersediaan stok gandum. 

"Misal harga gandum saat ini naik karena ongkos impor makin tinggi tapi kita punya stok gandum murah, jadi harga tepung enggak langsung naik, tapi bertahap," terang Ratna. 

Sementara itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meramal, nilai tukar rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 15.700 hingga Rp 16.100 per dolar AS di tahun depan.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,13% ke Rp 15.596 Per Dolar AS Pada Rabu (26/10)

Bhima mengatakan, apabila mata uang Garuda melemah hingga ke level Rp 16.000 per dolar AS dan berjalan dalam waktu yang cukup lama, tentu akan memunculkan efek imported inflation atau inflasi yang didorong naiknya biaya impor.

"Problemnya adalah sebagian konsumen masih tergantung kepada impor cukup tinggi. Gandum, garam, gula, daging sapi atau lembu kemudian juga bawang putih itu kan konteks impornya cukup besar sehingga relatif riskan ketika terjadi pelemahan kurs maka akan terjadi inflasi dari bahan pangan," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (12/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati