Rupiah melemah, bankir jaga manajemen risiko kredit valas



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bankir berusaha meningkatkan manajemen risiko kredit valas. Apalagi dalam beberapa bulan terakhir rupiah terus berada di atas Rp 14.000 per dollar AS. Bahkan Senin (13/8), berdasarkan kurs spot Bloomberg sampai 16.58 WIB tercatat nilai tukar rupiah melemah ke Rp 14.608 per dollar AS.

Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan Bank Central Asia (BCA) mengatakan, per Juni 2018, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit valas BCA tercatat 1,1%. "Kredit valas hanya sekitar 7% dari total kredit yang diberikan kepada perusahaan yang memiliki pendapatan utama valas," kata Jan kepada kontan.co.id, Senin (13/8).

Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada juga bilang saat ini kredit valas banknya masih relatif kecil. "Sehinga sejauh ini tidak ada NPL," kata Haryono kepada kontan.co.id, Senin (13/8). Seiring dengan sektor lain, Bank Mayapada juga berusaha memperhatikan manajemen risiko kredit valas.


Batara Sianturi, Presiden Direktur Citibank Indonesia menuturkan, kredit valas Citibank didorong oleh pertumbuhan kredit dari institutional banking. "Pertumbuhan kredit valas di institutional banking cukup besar," kata Batara dalam paparan kinerja, Senin (13/8). Pertumbuhan kredit valas dari institutional banking tercatat sebesar 22% yoy.

Kredit valas Citibank beberapa ada dalam bentuk sindikasi. Untuk permintaan kredit valas diproyeksikan tidak akan terlalu banyak berubah dari sebelumnya.

Sementara, Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP menyebut, rasio NPL kredit valas di OCBC NISP masih terjaga diangka 0%. "Para debitur valas kami harusnya sudah mempunyai berbagai mitigasi, sehingga dengan gejolak kurs tidak bermasalah dari sudut risiko kredit," kata Parwati kepada kontan.co.id, Senin (13/8).

Menurut Parwati, yang harus diwaspadai bank dengan adanya gejolak kurs ini adalah sektor yang mempunyai biaya yang tereksposure gejolak kurs misalnya bahan baku. Namun pendapatannya semua lokal atau debitur valas tidak terlindungan posisinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat