Rupiah Melemah Beberapa Waktu Terakhir, Ini Penyebabnya Menurut Bank Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot pada akhir perdagangan hari ini, Senin (14/8) kembali tertekan. 

Adapun pergerakan rupiah pada Senin (14/8) ditutup di level Rp 15.315 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,63% dibandingkan penutupan Jumat (11/8). 

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Arief Rachman mengungkapkan, pergerakan rupiah pada akhir-akhir ini memang terpengaruh dengan kondisi global. 


Namun, Arief memastikan bukan hanya Indonesia yang mencatat pelemahan Rupiah. Melainkan, banyak negara juga mengalami. 

Baca Juga: Ekonomi China Melambat, Rupiah Diprediksi Melanjutkan Pelemahan pada Selasa (15/8)

"Ini sangat terpegaruh kondisi global, yang mengalami pelemahan (nilai tukar) mayoritas," tutur Arief saat menjawab pertanyaan awak media, Senin (14/8). 

Arief mengungkapkan, ketidakpastian global datang dari kondisi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) yang membuat dolar AS perkasa. 

Sehingga, sejumlah mata uang negara lain juga melemah, termasuk Yuan China, Euro Eropa, dan Yen Jepang. 

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengungkapkan, sejumlah hal yang memengaruhi ketidakpastian di AS adalah ketidakpastian keputusan kenaikan suku bunga acuan. 

"Pasar dan bank sentral AS (The Fed) galau atas kemungkinan kenaikan atau tidak dan seberapa tinggi. Meski, memang sepertinya kemungkinannya masih ada," kata Faiz kepada Kontan.co.id.

Selain itu, isu plafon utang yang telah disepakati oleh bank sentral dan parlemen AS, membuat kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury). 

Baca Juga: Tertekan, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.323 Per Dolar Pada Senin (14/8)

Karena, pada dua tahun ke depan Paman Sam akan mengurangi belanja, sehingga pada tahun ini ada kemungkinan financing akan dibutuhkan lewat US treasury. 

Ini yang menyebabkan aliran modal asing kemudian lari ke AS, dan turut menjadi kontributor dalam pelemahan nilai tukar rupiah. 

Namun, Faiz meyakinkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun ini tidak akan separah dengan yang terjadi pada periode taper tantrum sekitar satu dekade lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi