Rupiah Melemah, Begini Dampaknya Bagi Industri Tekstil Dalam Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat industri pertekstilan sekaligus mantan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan industri tekstil dalam negeri harus menanggung banyak beban di akhir tahun ini. 

Yang terbaru adalah karena adanya pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir. 

“Dampak ke tekstil cukup banyak. Pertama pasti akan sangat berdampak bagi yang bahan bakunya impor, terutama adjustment dari kontrak yang sudah jalan,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Selasa (24/10). 


Namun ia menambahkan dampak pelemahan rupiah ini mungkin tidak akan terlalu dirasakan bagi para produsen yang bahan bakunya lokal, di mana pembeliannya menggunakan rupiah. 

“Kalau industri besar yang bahan baku impor jualnya ekspor relatif gak terlalu berpengaruh, asalkan acuan kursnya juga di adjust,” katanya.

Baca Juga: Antisipasi Efek Kenaikan Suku Bunga Acuan BI, Perbankan Perkuat Pencadangan

Terkait berapa persen produsen tekstil di Indonesia yang masih menggunakan bahan baku impor, Rizal Tanzil mengatakan dirinya belum bisa memberikan angka pasti, tapi untuk Kawasan Berikat ia mengatakan 100% impor. 

“Saya belum bisa memastikan berapa persen totalnya. Tapi kalau khusus kawasan berikat pasti impor 100%, apalagi khusus garmennya,” jelas Rizal. 

Garmen di kawasan berikat ungkapnya jika melihat dari struktur hampir 60% ekspor Indonesia didorong dari ekspor di sektor ini. 

Terkait efek samping dari pelemahan rupiah Rizal juga menyoroti kenaikan harga mesin yang akan menjadi kendala baru bagi produsen.

“Yang jadi kendala sebenarnya bukan dari raw material atau bahan baku saja tapi teman-teman yang tadinya mau invest mesin, karena harga mesinnya jadi lebih mahal,” ungkapnya. 

Terkait apakah akan ada kenaikan harga barang jadi industri tekstil, Rizal mengatakan positif akan ada penyesuaian harga, karena pelemahan rupiah akan memiliki efek multiplier terhadap industri tekstil.

“Seharusnya ada penyesuaian (harga) soalnya efeknya kan gak cuman ke cost produksi langsung tetapi ada multiplier efek, seperti efek kenaikan BBM terhadap kenaikan sembako,” jelasnya.

Baca Juga: Ada Rencana Pengetatan Impor, Begini Respons Pelaku Usaha

Kemudian, saat ditanya berapa besar kenaikannya, Rizal menjawab kenaikan akan sangat bervariasi. 

“Kalau kenaikannya berapa persen, sebenarnya variatif ya, karena gini kalau naik 5% di hulu, bisa 3-4 kali lipatnya (naik) di hilir,” ungkapnya.

“Misalnya harga serat naik 3% maka 3-4 kali lipatnya (naik) sampai di hilir bahkan lebih, jadi tergantung kenaikan bahan bakunya berapa,” tambahnya. 

Ia juga menambahkan pelemahan rupiah menambah beban industri tekstil Indonesia yang menurutnya saat ini pun tengah lesu. 

“Tapi ini kurang bagus, tekstil juga sedang tertekan, pasar domestik juga gak bagus, pasar ekspor juga tidak progresif bahkan cenderung stagnan bahkan turun kalau saya lihat,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .