Rupiah melemah, BRI jaga likuiditas valas



JAKARTA. Pelemahan rupiah tak hanya berdampak buruk terhadap eksportir dan importir. Bank juga kena getah dari kurs rupiah yang melempem. Beberapa bank mulai menyusun strategi bisnis untuk mengantisipasi dampak penurunan rupiah.

Corporate Secretary Bank BRI Budi Satria mengatakan, bagi Bank BRI ada dua hal yang menjadi prioritas utama dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah. Yang pertama adalah menjaga likuiditas valuta asing (valas) dan berikutnya adalah menjaga kualitas kredit valas.

“Hingga kini rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) valas BRI berada di kisaran 50%-60%, dan kami akan upayakan posisi tersebut akan tetap terjaga sampai dengan akhir tahun,” ungkap Budi Satria dalam keterangan tertulis, Rabu (9/9).


Untuk menjaga tingkat likuiditas tetap berada di level aman, strategi yang dijalankan oleh BRI di antaranya memastikan dana valas yang ada telah mencukupi kebutuhan dan proyeksi pertumbuhan kredit valas BRI.

Dalam hal penyaluran kredit, sebagian besar kredit BRI disalurkan ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang relatif tidak terkena dampak langsung pelemahan rupiah.

Sedangkan secara persentase, jumlah kredit valas yang telah disalurkan oleh BRI hingga saat ini hanya sekitar 10%-11% dibanding total kredit yang sudah disalurkan oleh BRI secara keseluruhan, dengan rasio NPL (non performing loan) gross BRI di kredit valas tetap terjaga di kisaran 1,2%–1,4%.

“Bank BRI memang sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit valas,” tutur Budi. Selain mengerem ekspansi kredit di sektor yang berpeluang besar terkena dampak pelemahan nilai tukar, BRI juga akan memprioritaskan penyaluran kredit valasnya ke sektor yang pendapatannya juga dalam bentuk valas.

Terlebih dengan adanya peraturan dari Bank Indonesia mengenai kewajiban penggunaan rupiah untuk transaksi di dalam negeri, BRI optimistis permintaan terhadap valas akan semakin berkurang. “Kami berharap hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi penguatan nilai tukar rupiah terhadap valas,” pungkas Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri