KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah bertahan di atas Rp 15.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal Agustus 2023. Rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp 15.359 per dolar AS pada Kamis (17/8), tetapi kini ditutup di level Rp 15.295 pada perdagangan Rabu (23/8). Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, pelemahan rupiah terjadi setelah dolar AS kembali diminati pelaku pasar. Hal ini sejalan dengan inflasi AS yang menurun, tetapi tingkat pengangguran AS tercatat sebesar 3,5% pada Juli 2023 dan
nonfarm payrolls masih meningkat yang dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4% YoY pada kuartal II-2023. "Perkembangan ini kemudian membuat dolar AS menguat dan menimbulkan spekulasi di pasar global bahwa The Fed masih memiliki ruang untuk meningkatkan suku bunga acuannya pada tahun ini sampai inflasi AS benar-benar menuju target sebesar 2%," tutur Reny saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/8).
Indeks dolar kembali meningkat ke kisaran level 102-104 , mengindikasikan penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama. Pelemahan mata uang Asia sepanjang Agustus 2023 tidak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga dialami oleh yuan China, ringgit Malaysia, baht Thailand, hingga dolar Singapura.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Bergerak Sideways pada Kamis (24/8), Simak Ulasannya "Dalam
Fed minutes Juli 23, The Fed juga mengindikasikan masih dapat menahan Fed Funds Rate lebih lama, sebelum mulai diturunkan pada tahun 2024," kata Reny. Reny melihat, posisi rupiah masih akan berada di kisaran Rp 15.200-Rp 15.300 dalam jangka pendek. Sentimen pelemahan dari eksternal akan menimbulkan pelarian dana asing atawa
capital flight. Namun dalam hitungannya, rupiah belum akan tembus ke atas Rp 15.500 per dolar AS. Kemungkinan ini terjadi berkat adanya dukungan kebijakan dari Bank Indonesia (BI) sehingga pelemahan ini bersifat sementara. Indonesia juga memiliki faktor-faktor positif untuk menarik dana asing, yakni stabilitas ekonomi dan iklim investasi yang mendukung pertumbuhan serta cadangan devisa yang tetap tinggi. Pasar keuangan Indonesia yang berkembang dan likuid juga masih menjadi daya tarik bagi investor asing. Reny cukup optimistis bahwa BI akan mengawasi pasar secara langsung dan melanjutkan kebijakan
triple intervention serta
twist operation untuk menjaga stabilitas rupiah ke depan dan kembali menarik
capital flow.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 0,04% ke Rp 15.319 Per Dolar AS, Rabu (23/8) Dengan melihat performa rupiah sejak awal tahun, posisi Rp 15.200 per dolar AS saat ini masih lebih baik dibanding kinerja mata uang Asia lainnya. Kurs rupiah juga lebih baik dari posisi penutupan tahun 2022 yang sebesar Rp 15.568 per dolar AS. Reny optimistis, rupiah dapat kembali ke posisi Rp 14.864 per dolar AS pada akhir tahun 2023. Hal ini didukung oleh penerapan instrumen operasi moneter valas berupa
term deposit valas devisa hasil ekspor (DHE) yang dimulai sejak Maret 2023 dan kebijakan DHE sumber daya alam yang efektif per Agustus 2023. Penerapan ini diharapkan dapat berdampak positif ke cadangan devisa dan menjadi sentimen positif bagi rupiah. Penguatan rupiah juga akan didukung oleh fundamental domestik yang masih kuat, kembali masuknya aliran dana asing ke pasar domestik, dan kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang sudah
priced-in.
Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Menguat 0,14% ke Rp 15.295 Per Dolar AS, Rabu (23/8) Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, rupiah berpotensi menguat terbatas berkat data Services PMI AS yang berpotensi mengalami penurunan, sementara Manufacturing PMI AS cenderung stagnan. Rupiah diperkirakan mampu menguat di kisaran Rp 15.225 per dolar AS-Rp 15.325 per dolar AS.
Pasar juga menantikan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (24/8) yang diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas rupiah di tengah sentimen risk off yang mempengaruhi pasar keuangan negara berkembang, termasuk pasar keuangan domestik. "Dengan upaya stabilisasi rupiah, diharapkan akan membatasi dampak
imported inflation sehingga pada akhirnya ekspektasi inflasi akan tetap terkendali," kata Josua. Suku bunga acuan BI yang dipertahankan di level 5,75% juga ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang berpotensi didorong oleh kenaikan inflasi pangan di tengah fenomena El Nino. Lebih lanjut, langkah-langkah stabilisasi rupiah melalui
triple intervention dan
operation twist diperkirakan akan menjaga volatiltas nilai tukar rupiah agar tetap rendah sehingga mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati