KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan dalam negeri terlihat sedang bergairah di awal tahun 2024. Di mana, aset saham, emas, hingga kripto kompak melonjak ke level tertinggi di pekan kedua bulan Maret 2024. Namun, rupiah justru melemah di pekan ini. Untuk diketahui, pasar saham dalam negeri sedang
bullish. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) yang berhasil mencetak level 7.400 dan baru saja mencapai rekor harga tertinggi alias All Time High (ATH). Sedangkan untuk emas, Berdasarkan data Tradingeconomics, harga emas spot dalam setahun terakhir telah menguat 13,07%. Kenaikan harga emas spot ini turut mendorong kenaikan harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam), yang naik ke level tertinggi di harga Rp 1.210.000 per gram pada Selasa (12/3).
Selanjutnya, untuk pasar kripto juga sedang
bullish, terutama para investor Bitcoin. Pasalnya, penguatan harga Bitcoin (BTC) belum terpatahkan. Mengutip Coinmarketcap, Bitcoin (BTC) mencapai level tertingginya di US$73.750 atau lebih dari Rp 1 miliar pada perdagangan Kamis (14/3).
Baca Juga: Rupiah Melemah Tipis dalam Sepekan, Ini Penyebabnya Kenaikan Bitcoin ini diikuti berbagai altcoin seperti Ethereum, Solana, hingga beberapa Meme Coin. Sedangkan rupiah, di pasar spot ditutup melemah 0,12% ke level Rp 15.599 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (15/3). Dalam sepekan, rupiah melemah 0,06% dari penutupan pekan lalu di Rp 15.590 per dolar per dolar AS. Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, naiknya harga emas, aset saham dan emas, namun rupiah melemah karena investor memiliki respon yang berbeda-beda pada tiap komoditas. “Emas contohnya memang sudah sangat
buliish dari awal, dengan prospek pemangkasan suku bunga bank sentral dunia yang semakin dekat,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (15/3). Sementara pada pasar saham, kenaikannya didukung oleh sentimen jangka panjang, mengingat investor saham pada umumnya bersifat long-term, khususnya Nasdaq mendapatkan dukungan ekstra oleh euphoria AI. Sedangkan untuk investasi kripto lebih bersifat spekulatif, namun harapan pemangkasan suku bunga bank sentral juga mendukung. Selain itu, kenaikan kripto juga didukung oleh peristiwa Bitcoin halving yang akan terjadi pada April 2024 mendatang. Sedangkan pelemahan rupiah lebih karena akibat ketidakpastian di pasar terkait prospek pemangkasan suku bunga AS tengah meluas. Pasar menjadi ragu, lantaran data actual Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) naik pada Selasa (12/3). “Kemudian, data Produsen Price Index (PPI) juga naik pada Kamis (14/3). Hal ini membuat pemangkasan suku bunga tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat,” imbuhnya Dengan kondisi tersebut, Lukman bilang, posisi dolar AS yang akhirnya menekan posisi rupiah. Untuk itu, rupiah tidak akan bisa mengikuti penguatan yang tengah terjadi pada aset saham, emas kripto. Selaras dengan hal ini, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, pergerakan beberapa aset masih in line atau sesuai dengan sentimen dari The Fed. Dengan begitu, wajar apabila penguatan terjadi pada aset-aset berisiko seperti saham, kripto dan emas.
Baca Juga: Usai Melemah Tipis dalam Sepekan, Intip Proyeksi Rupiah pada Pekan Depan “Pasalnya, investor telah siap mengambil peluang saat suku bunga dipangkas. Yang mana, rencana pemangkasan suku bunga akan dilakukan paling tidak pada bulan Juni 2024,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (15/3).
Artinya, adanya pelonggaran kebijakan moneter tersebut membuat para investor tertarik untuk mengoleksi aset saham ataupun kripto. Sedangkan untuk harga emas yang turut naik, karena ekspektasi pemangkasan yang disebabkan pelemahan dolar AS. Selain itu, ketegangan geopolitik yang masih terjadi hingga saat ini menjaga harga logam mulia di level atas. Kendati demikian, dia meminta investor untuk tetap berhati-hari pada perubahan ekspektasi yang bisa membalikkan keadaan. Pasalnya bukan hanya soal The Fed, namun peristiwa geopolitik yang terus meningkat juga bisa membuat pasar keluar dari aset berisiko. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari