JAKARTA. Pelemahan mata uang rupiah terus berlangsung, bahkan sudah melebihi Rp 11.000 per Dollar Amerika (US$). Konsekuensi dari pelemahan tersebut otomatis mengerek harga barang impor. Sektor properti pun termasuk di dalamnya karena sebagian bahan baku untuk pembangunan properti berasal dari impor. Emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) mengakui kenaikan harga properti terus membayangi jika rupiah terus melemah. Archied Noto Pradono, Executive Director Capital andIinvestment Management DILD menyampaikan jika rupiah mencapai Rp 12.000 per Dollar Amerika maka harga komponen properti seperti alat mekanik kelistrikan naik hingga 40%. "Kalau Rp 12.000 per dollar Amerika kenaikan harga properti bisa sampai 8% sampai 20%," ujar Archied kepada wartawan di Kawasan Senopati, Selasa (27/8). Meski kenaikan harga properti membayangi, DILD yakin tidak banyak mempengaruhi penjualan properti. "Dampaknya di margin pasti tergerus (karena rupiah melemah) tapi permintaannya juga masih tetap kuat," jelas Archied. Sebagai informasi, pada tahun ini DILD menargetkan marketing sales properti di tahun ini sebesar Rp 1,7 triliun. Pada paruh pertama DILD sudah mendapat marketing sales sebesar Rp 1,5 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah melemah, harga properti siap naik
JAKARTA. Pelemahan mata uang rupiah terus berlangsung, bahkan sudah melebihi Rp 11.000 per Dollar Amerika (US$). Konsekuensi dari pelemahan tersebut otomatis mengerek harga barang impor. Sektor properti pun termasuk di dalamnya karena sebagian bahan baku untuk pembangunan properti berasal dari impor. Emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) mengakui kenaikan harga properti terus membayangi jika rupiah terus melemah. Archied Noto Pradono, Executive Director Capital andIinvestment Management DILD menyampaikan jika rupiah mencapai Rp 12.000 per Dollar Amerika maka harga komponen properti seperti alat mekanik kelistrikan naik hingga 40%. "Kalau Rp 12.000 per dollar Amerika kenaikan harga properti bisa sampai 8% sampai 20%," ujar Archied kepada wartawan di Kawasan Senopati, Selasa (27/8). Meski kenaikan harga properti membayangi, DILD yakin tidak banyak mempengaruhi penjualan properti. "Dampaknya di margin pasti tergerus (karena rupiah melemah) tapi permintaannya juga masih tetap kuat," jelas Archied. Sebagai informasi, pada tahun ini DILD menargetkan marketing sales properti di tahun ini sebesar Rp 1,7 triliun. Pada paruh pertama DILD sudah mendapat marketing sales sebesar Rp 1,5 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News