KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah spot ditutup pada level Rp 14.895 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Kamis (8/6). Rupiah melemah 0,11% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.878 per dolar AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa pelemahan rupiah akibat sentimen hawkish Fed yang meningkat di pasar keuangan global. Menurutnya, peningkatan sentimen ini didorong oleh kenaikan suku bunga Kanada, yang kemudian mendorong investor bereskpektasi bahwa sebagian besar bank sentral global masih akan melanjutkan kebijakan tightening, termasuk Fed.
"Ekspektasi investor sendiri lebih mengarah kepada kenaikan di bulan Juli mendatang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/6). Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,18% ke Rp 14.903 Per Dolar AS Pada Kamis (8/6) Senada, analis sekaligus pengamat mata uang Lukman Leong mengatakan bahwa pelemahan rupiah akibat tertekan naiknya imbal hasil obligasi AS. Kenaikan itu sendiri dipicu oleh antisipasi dan ekspektasi tingkat suku bunga yang lebih tinggi dari the Fed menjelang FOMC minggu depan. Untuk Jumat (9/6), Lukman memperkirakan rupiah masih dalam tekanan dolar AS. Menurutnya, sentimen utama masih dari AS. "Perkembangan akhir-akhir ini dengan data ekonomi AS yang lebih kuat memicu kekhawatiran investor akan tingkat suku bunga the Fed yang lebih tinggi," katanya. Meski begitu, apabila angka cadangan devisa bisa lebih tinggi dari perkiraan maka rupiah masih berpotensi menguat terbatas. Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.800 - Rp 14.950 per dolar AS.