Rupiah Melemah, Impor Mesin Turun



JAKARTA. Penurunan impor barang modal sejak awal tahun terus berlanjut. Buktinya, impor mesin selama enam bulan pertama tahun ini cenderung menurun. Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi salah satu pemicu penurunan impor mesin ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor mesin mekanik pada semester I-2013 sebesar US$ 13,3 miliar. Angka ini turun 4,3% ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 13,9 miliar. Selain mesin mekanik, penurunan impor juga terjadi pada mesin listrik. Pada semester I-2013, impor mesin listrik hanya US$ 9,51 miliar, turun tipis ketimbang semester I-2012 yang sebesar US$ 9,52 miliar.

Direktur Industri Permesinan dan Alat Pertanian Kementerian Perindustrian, Teddy Sianturi menuturkan, pelemahan nilai tukar membuat impor mesin terganggu. "Importir mesin cenderung menahan impor," ujarnya.


Hingga Juni 2013, jenis mesin mekanik yang banyak diimpor antara lain mesin perkakas untuk pengerjaan logam dan mesin penunjang alat konstruksi. Untuk mesin listrik, produk yang banyak diimpor adalah motor dan generator listrik, mesin pematri, dan pengelas listrik.

Ketua Gabungan Asosiasi Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) Dasep Ahmadi mengatakan penurunan impor mesin ini karena sudah banyak investasi yang mulai terealisasi. Sehingga, "Kebutuhan mesin baru untuk saat ini cenderung berkurang," jelasnya.

Meski begitu, Dasep bilang ke depan masih ada peluang terjadi lonjakan impor mesin, terutama menjelang akhir tahun. Pasalnya, mulai semester II tahun ini, masih bakal ada investasi baru yang akan mulai menggelontorkan dananya hingga akhir tahun ini.

Dasep berharap, ke depan kebutuhan permesinan di dalam negeri bisa diisi oleh produk buatan dalam negeri. Namun, ia mengakui untuk mendukung industri permesinan di dalam negeri butuh dukungan pemerintah.

Salah satunya melalui insentif bagi pengusaha di industri mesin untuk mendirikan perusahaan. Selain itu, "Perlu ada bantuan berupa kemudahan untuk mendapat modal," kata Dasep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi