Rupiah melemah, importir khawatirkan biaya di 2014



JAKARTA. Rupiah yang terus melemah membuat importir sektor agribisnis mulai cemas. Pasalnya, pelemahan rupiah akan membuat impor pangan menjadi mahal. Komoditas pangan yang rawan terkena dampak pelemahan rupiah antara lain: daging, terigu dan produk hortikultura.

Meski tidak merinci secara detail, Noverdi Bross, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI) mengatakan setiap kenaikan dollar AS akan menaikan kebutuhan rupiah untuk impor. Misalnya, jika nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) naik 10%, harga impor dalam rupiah juga naik 10%.

Namun demikian, pasokan kebutuhan pangan impor tersebut masih aman. "Sampai akhir tahun aman, tapi kita harus wait and see untuk pengiriman Januari dan Februari," ujar Noverdi kepada KONTAN, Rabu (26/7).


Noverdi minta pemerintah untuk meninjau kembali referensi harga daging. Soalnya, dengan pelemahan rupiah saat ini, harga referensi daging yang sebesar Rp 76.000 per kilogram (kg) tidak tepat lagi.

Dalam hitungan dia, harga referensi daging yang tepat Rp 80.000 per kg. "Modal dagang tinggi, kalau tidak naik, margin tipis," ungkap Noverdi.

Sribugo Suratmo, Ketua Umum Asosiasi Roti, Biskuit, dan Mi Instan (Arobim) mengaku industri tepung juga terpukul akibat pelemahan rupiah. Namun, Arobim belum melakukan hitung-hitungan kenaikan tersebut.

Soalnya, dampak pelemahan rupiah yang terjadi baru-baru akan berdampak pada harga di tahun 2014. "Stok terigu cukup sampai akhir tahun," kata Sribugo.

Khafid Sirotuddin Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) mengaku siap merugi bila harga jual produk hortikultura yang diimpor tidak dapat menutup harga beli. Sebab, meski rupiah melemah, perusahaan importir produk hortikultura tidak dapat menghentikan proses importasi seenaknya.

Jika tidak ingin dicabut izinnya, perusahaan hortikultura harus mengikuti sistem importasi yang telah ditetapkan pemerintah yakni sesuai dengan RIPH (Rekomendasi Impor Produk Hortikultura) yang diberikan Kementerian Pertanian (Kementan).

Namun Satria Hamid, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan pelemahan rupiah akan membuat beberapa peritel akan menunda pembelian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie