JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat belum mengkhawatirkan industri farmasi. Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Kendrariadi Suhandi mengaku, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut belum meningkatkan biaya produksi.Dia beralasan, industri farmasi telah meneken kontrak pembelian bahan baku jauh sebelum nilai tukar rupiah melemah. "Saat ini belum terasa efeknya," katanya, Jumat (1/9). Sekedar tahu saja, industri farmasi nasional masih mengimpor 85% hingga 90% kebutuhan bahan baku farmasi. Sebagian besar berasal dari China dan India. Sebagian kecilnya dari Eropa. Pembelian itu menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat. Industri farmasi masih tenang lantaran harga bahan baku farmasi di pasaran juga cukup stabil. Ini lantaran, kata Kendrariadi, biaya produksi bahan baku di masing-masing negara produsen tidak mengalami kenaikan. Namun Vidjongtius berharap tren pelemahan nilai rupian tidak berlangsung terus menerus. "Jangan sampai dibiarkan terus melemah," tuturnya.Menurutnya, pelaku industri farmasi baru mulai kelabakan bila nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp 10.000 per dollar Amerika Serikat. Bila hal itu terjadi, Kendrariadi mengatakan dampak yang besar terhadap biaya impor bahan baku akan sangat terasa.Hal ini pun diakui oleh pemerintah. Menteri Perindustrian MS Hidayat bilang kurs rupiah terhadap dollar harus dijaga jangan sampai menembus angka di atas Rp 10.000. Karena dia bilang angka tersebut adalah batas psikologis pelaku industri. "Pengalaman kita terdahulu walau fluktuatif asal jangan sampai melebihi Rp 10.000," kata Hidayat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah melemah, industri farmasi masih tenang
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat belum mengkhawatirkan industri farmasi. Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Kendrariadi Suhandi mengaku, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut belum meningkatkan biaya produksi.Dia beralasan, industri farmasi telah meneken kontrak pembelian bahan baku jauh sebelum nilai tukar rupiah melemah. "Saat ini belum terasa efeknya," katanya, Jumat (1/9). Sekedar tahu saja, industri farmasi nasional masih mengimpor 85% hingga 90% kebutuhan bahan baku farmasi. Sebagian besar berasal dari China dan India. Sebagian kecilnya dari Eropa. Pembelian itu menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat. Industri farmasi masih tenang lantaran harga bahan baku farmasi di pasaran juga cukup stabil. Ini lantaran, kata Kendrariadi, biaya produksi bahan baku di masing-masing negara produsen tidak mengalami kenaikan. Namun Vidjongtius berharap tren pelemahan nilai rupian tidak berlangsung terus menerus. "Jangan sampai dibiarkan terus melemah," tuturnya.Menurutnya, pelaku industri farmasi baru mulai kelabakan bila nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp 10.000 per dollar Amerika Serikat. Bila hal itu terjadi, Kendrariadi mengatakan dampak yang besar terhadap biaya impor bahan baku akan sangat terasa.Hal ini pun diakui oleh pemerintah. Menteri Perindustrian MS Hidayat bilang kurs rupiah terhadap dollar harus dijaga jangan sampai menembus angka di atas Rp 10.000. Karena dia bilang angka tersebut adalah batas psikologis pelaku industri. "Pengalaman kita terdahulu walau fluktuatif asal jangan sampai melebihi Rp 10.000," kata Hidayat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News