Rupiah melemah, INTP siapkan strategi



JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarasa Tbk (INTP) sudah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Hal ini mengingat sebagian besar biaya INTP menggunakan dollar AS.

Presiden Direktur INTP, Christian Kartawijaya mengatakan, sekitar 50% - 60% biaya menggunakan mata uang asing, seperti bahan bakar, bahan baku, dan beban pabrikasi. Namun, INTP sudah melakukan lindung nilai alias hedging terhadap 50% biaya pembangunan pabrik ke-14.

INTP membangun pabrik ke-14 di Citeureup, Jawa Barat. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 4,4 juta ton per tahun. Adapun nilai investasinya sekitar US$ 150 juta - US$ 200 juta per ton. 


Penurunan harga semen sebesar Rp 3.000 per sak juga menjadi tekanan bagi INTP. Namun, di sisi lain perseroan diuntungkan oleh beberapa hal, seperti turunnya harga batubara sehingga berdampak pada penurunan biaya listrik dan bahan bakar. "Ke depan, kami akan fokus menstabilkan margin, kalau bisa meningkatkan," ujar Christian usai paparan publik, Kamis (19/3).

Untuk itu, INTP akan terus melakukan efisiensi di semua lini, termasuk biaya produksi dan transportasi. Salah satunya dengan memaksimalkan pabrik dengan konsumsi energi yang lebih rendah.

Perseroan pun berharap, pelemahan nilai tukar rupiah membuat volume impor semen dan klinker menjadi lebih rendah. Di sisi lain, permintaan semen dalam negeri diharapkan mengalami peningkatan seiring dengan rencana pembangunan infrastruktur pemerintah. Selanjutnya, INTP akan menambah ekspor semen dan klinker jika permintaan pasar semen dalam negeri terus berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto