Rupiah melemah, investasi smelter membengkak



JAKARTA. Dampak dari melemahnya nilai rupiah turut dirasakan investor proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter). Pasalnya, pelemahan rupiah membuat nilai investasi semakin membengkak dari rencana awal.

Seperti halnya PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. Sebelumnya Antam menganggarkan belanja modal untuk kegiatan investasi dianggarkan sekitar Rp 2,3 triliun. Namun anggaran tersebut meleset ketika rupiah semakin melemah.

Sekretaris Perusahaan Antam, Tri Hartono menyatakan, anggaran untuk kegiatan investasi sebesar Rp 2,3 triliun disusun saat rupiah masih di level Rp 12.500. "Itu sudah termasuk investasi smelter, bisa dikalikan saja jika dengan pelemahan rupiah saat ini," terangnya kepada KONTAN, Senin (31/8).


Seperti diketahui, saat ini rupiah melemah ke posisi Rp 14.057 per dolar Amerika Serikat. Dia bilang, biaya pembangunan smelter turut membengkak karena ada barang dan jasa yang dipasok dari luar negeri. Seperti halnya mesin dari Eropa, Jepang dan lainnya yang menggunakan nilai tukar dolar.

"Bayangkan 70% barang seperti mesin (smelter) itu kita beli pakai dolar, jadi pengaruhnya sangat besar," jelasnya. Namun demikian, Antam tetap optimistis dapat menyelesaikan pembangunan smelter feronikel sesuai target.

Direktur Indonesia Mining Asociation (IMA), Syahrir AB menyebutkan, pelemahan rupiah sangat besar dampaknya terhadap pembangunan smelter. Sebab, barang modal yang dbutuhkan untuk smelter kebanyakan impor. 

"Jelaslah investasi naik, orang kita beli barang juga di luar negeri pakai dollar, sudah ada beberapa catatan yang mengeluh soal pelemahan rupiah ini," jelasnya, di Jakarta, Senin (31/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri