Rupiah melemah, laba PGN turun 38,56 %



JAKARTA. Selama enam bulan pertama tahun 2015 ini, perusahaan gas plat merah PT PGN membukukan pendapatan neto sebesar US$ 1,41 miliar. Artinya turun 13% dari pendapatan neto emiten berkode PGAS ini pada semester I 2014 sebesar US$ 1,62 miliar.

Laba bersih perusahaan pada semester I 2015 mengalami penurunan. Selama semester I 2015 , PGAS membukukan laba bersih sebesar US$ 227,33 juta. Angka ini merupakan penurunan 38,56 % dari laba bersih pada semester I 2014 sebesar US$ 370,05 juta.

Turunnya pendapatan dan laba bersih PGN pada semester I 2015 ini seiring dengan menurunnya makro ekonomi Indonesia dan nilai tukar rupiah. Menurunnya perekonomian nasional itu berdampak terhadap kinerja pelanggan PGN secara umum, khususnya pelanggan pembangkit listrik dan industri.


Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup mengatakan kinerja PGN pada semester I 2015 ini mencerminkan kondisi makro ekonomi secara umum. "Ketika pelanggan, kami khususnya dari kalangan pembangkit listrik dan industri mengurangi penyerapan gas dari PGN, hal tersebut berimbas pada pendapatan dan laba PGN secara umum. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, kami optimis kondisi ke depan akan membaik," tegas dia Selasa (1/9).

Secara operasional, selama enam bulan pertama tahun 2015 ini, volume penjualan distribusi gas bumi PGAS sebesar 790 MMSCFD. Sedangkan transmisi gas bumi yang disalurkan anak usaha PT Transportasi Gas Indonesia sebesar 752 MMSCFD dan volume transmisi gas bumi dari PGN sebesar 10 MMSCFD.

Kepala Riset NH Koorindo Reza Priyambada mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah tidak berdampak secara langsung kepada PGN. Hal ini karena pencatatan pendapatan perusahaan dilakukan dalam mata uang dollar. Apalagi harga jual rata-rata gas PGN dalam mata uang dollar.

Namun, jika pelemahan nilai tukar berdampak pada situasi makro ekonomi yang menyebabkan permintaan akan gas menurun, itu bisa saja. "Apalagi di tengah harga gas yang cenderung merosot seperti saat ini, tentu konsumen akan meminta harga gas yang lebih murah dan dengan begitu margin PGN semakin tipis," tegasnya.

Hingga akhir tahun 2015 ini Reza Priyambada menilai kinerja pendapatan dan laba bersih PGN tidak akan terlalu bergeser jauh dari kinerja pendapatan dan laba bersih perusahaan tahun lalu. Hingga akhir tahun ini, ia memperkirakan PGN akan membukukan pendapatan sebesar US$ 3,6 miliar sampai US$3,8 miliar dan laba bersih sebesar US$ 600 juta sampai US$ 700 juta.

Hingga Agustus 2015, PGN sudah menuntaskan pembangunan pipa transmisi Kalimantan Jawa Tahap I (Kalija I) sepanjang 207 kilometer. Sepanjang 203 kilometer pipa berada di laut dan 4 kilometer pipa di darat. Turut dibangun pula stasiun gas yang mendukung operasional jaringan pipa tersebut.

Pipa Kalija I menghubungkan sumber gas lapangan Kepodang di laut utara Jawa ke PLTGU Tambak Lorok, Semarang. "Kami saat ini sedang melakukan commissioning pipa Kalija tersebut," tegas Heri Yusup.

Pengoperasian pipa Kalija I tersebut akan membuat PLN dapat menghemat pemakaian bahan bakar. Sebelum ada pipa Kalija I , panjang infrastruktur pipa gas bumi PGN adalah 6.263 kilometer. Selesainya pembangunan pipa Kalija I sepanjang 207 kilometer tersebut menambah infrastruktur pipa gas bumi PGN menjadi 6.470 kilometer atau sekitar 70 % dari pipa hilir gas bumi Indonesia.

Selain itu, PGN juga mendapatkan penugasan dari Kementerian ESDM untuk mengelola dan mengoperasikan jaringan gas rumah tangga sebanyak 43.334 di 11 kota/kabupaten. Jaringan gas rumah tangga tersebut dibangun oleh Kementerian ESDM .

Kota /kabupaten yang dibangun jaringan gas rumah tangganya adalah Semarang dengan 4000 sambungan rumah, Blora 4000 SR, rumah susun di Jabodetabek 5.234 SR, kabupaten Bogor 4000 SR, kota Cirebon 4000 SR, kota Palembang 3.311 SR, kota Surabaya 2.900 SR, kota Depok 4000 SR, kota Tarakan 3.366 SR, kota Bekasi 4.628 SR dan kabupaten Sorong 3.898 SR.

Pelanggan baru rumah tangga tersebut akan menambah jumlah pelanggan PGN yang ada saat ini yang jumlahnya sekitar 100.000 rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto