Rupiah melemah, opsi impor garam akan menambah beban emiten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkurangnya pasokan garam yang semakin langka di dalam negeri mengancam emiten-emiten farmasi.

Robertus Yanuar Hardy, analis Kresna Sekuritas mengatakan bahwa di industri farmasi garam masih menjadi kebutuhan yang cukup signifikan. Menurutnya impor menjadi salah satu opsi yang akan dipertimbangkan oleh emiten-emiten farmasi jika produksi garam dalam negeri semakin berkurang.

"Tentu akan menjadi beban tersendiri apalagi dengan rupiah yang semakin melemah," kata Robertus, Jumat (16/3). Menurutnya semua transaksi impor akan terganggu dan akan menambah beban tersendiri dengan adanya kenaikan nilai tukar dollar Amerika Serikat.


Maka dari itu, menurut Robertus, diperlukan satu pusat produksi baru dari garam sehingga pasokan garam dari dalam negeri tak terganggu lagi dan emiten tak hanya mengandalkan impor saja.

Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan rekomendasi impor garam bagi industri. Rekomendasi tersebut diberikan kepada industri farmasi, kertas, dan industri pengolah garam.

Izin impor tersebut diberikan kepada 25 perusahaan. Beberapa di antaranya bergerak di bidang farmasi seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC). Sisa kuota 1,33 juta ton dan saat ini yang sudah terbit rekomendasi dari Kemperin sebanyak 676.000 ton.

Terkait dengan emiten farmasi, Robertus mengatakan bahwa Ia lebih memilih untuk mengoleksi saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Hal ini karena produk-produk KLBF yang lebih terdiversifikasi sehingga memiliki dampak yang baik bagi perusahaan.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati