Rupiah Melemah Pada Rabu (1/11), Intip Proyeksinya untuk Perdagangan Kamis (2/11)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (1/11). Pasar menantikan keputusan suku bunga acuan The Fed yang bakal diumumkan Rabu (1/11) waktu AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, rupiah diperdagangkan melemah cukup tajam di pembukaan sesi hari Rabu ini akibat perpaduan sentimen risk-off dari pasar keuangan AS dan Asia.

Dari Amerika, Josua menjelaskan, dolar AS serta yield US treasury cenderung meningkat akibat data-data yang berkaitan dengan harga di Amerika Serikat meningkat seperti biaya tenaga kerja serta harga rumah. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa Fed akan mempertahankan sikap hawkish-nya.


Baca Juga: Kemenperin: Industri Manufaktur Tanah Air Mengalami Tekanan Cukup Berat

Sementara dari sisi Asia, salah satu indikator ekonomi China yakni Caixin Manufacturing PMI tercatat turun ke level 49,5 dari sebelumnya 50,6. Data itu mengindikasikan bahwa sektor manufaktur China berada pada fase kontraksi yang berimplikasi pada kekhawatiran dampaknya terhadap kinerja ekspor Indonesia, sehingga berimbas pada pelebaran defisit transaksi berjalan Indonesia.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo melihat, pelemahan rupiah karena Indeks dolar AS mempertahankan kenaikan baru-baru ini dan diperdagangkan di sekitar 106,7 pada hari Rabu (1/11). Indeks Dolar AS bergerak mendekati level tertinggi dalam 11 bulan karena investor bersiap untuk keputusan kebijakan moneter Federal Reserve.

Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu (1/11) malam waktu Indonesia, namun memperkirakan biaya pinjaman akan tetap tinggi untuk beberapa waktu karena perekonomian AS tetap tangguh.

“Kinerja AS juga lebih baik dibandingkan negara-negara besar lainnya dalam beberapa bulan terakhir, sehingga memberikan dorongan terhadap dolar dan imbal hasil Treasury,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (1/11).

Sutopo menjelaskan, data teranyar menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja di AS meningkat lebih dari perkiraan pada kuartal ketiga karena kenaikan upah yang terus menunjukkan ketatnya pasar tenaga kerja. Alhasil, dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama.

Menurut Josua, pergerakan rupiah pada perdagangan Kamis (2/11) akan sangat dipengaruhi oleh hasil rapat FOMC Rabu malam waktu Indonesia. Meskipun demikian, apabila Fed memberikan sinyal potensi pelonggaran di tahun depan, Rupiah berpotensi rebound pada perdagangan Kamis.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Dekati Rp 16.000 Per dolar AS, Jelang Rapat The Fed

“Kami perkirakan Fed akan cenderung memberikan sinyal yang less-hawkish di tengah ekspektasi perlambatan ekonomi AS di tahun depan,” imbuh Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (1/11).

Oleh karena itu, Josua memperkirakan rupiah berpotensi menguat di kisaran level harga Rp 15.825 per dolar AS – Rp 15.950 per dolar AS pada perdagangan Kamis (2/11). 

Sedangkan, Sutopo melihat tekanan rupiah masih berlanjut dan diproyeksikan melemah kembali ke kisaran Rp 15.930 per dolar AS – Rp 15.980 per dolar AS pada Kamis (2/11).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,32% ke level Rp 15.935 per dolar AS di perdagangan hari ini, Rabu (1/11). Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) turut ditutup melemah sekitar 0,31% ke level Rp 15.946 per dolar AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi