KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah tertahan. Kemarin (8/1), kurs rupiah di pasar spot melemah 0,46% menjadi Rp 14.148 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun para analis memperkirakan, koreksi pada mata uang Garuda tersebut terjadi hanya karena faktor teknikal saja. Analis Global Kapital Investama Nizar Hilmy mengatakan, saat ini rupiah masih bergerak dalam tren bullish. Bahkan, saat pembukaan perdagangan kemarin, mata uang Garuda tersebut sempat menjajal ke bawah level Rp 14.000 per dollar AS. Sebelumnya, rupiah memang diharapkan dapat menguat. Pasalnya, sesuai proyeksi, cadangan devisa Desember 2018 naik. Bank Indonesia merilis, cadangan devisa bertambah menjadi US$ 120,65 miliar. Data ini juga berhasil mendorong kurs tengah rupiah versi BI menguat 0,52% ke level Rp 14.031 per dollar AS.
Selain faktor teknikal, pelemahan rupiah juga terjadi karena pelaku pasar melakukan aksi profit taking. Maklum, penguatan rupiah di awal pekan ini cukup tinggi. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan, pelaku pasar juga mulai mengambil sikap wait and see jelang rilis notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini. "Semua investor mulai hati-hati dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi," kata dia. Namun dalam jangka panjang, Lana memprediksi rupiah masih berpotensi menguat. Ini ditopang aturan devisa hasil ekspor (DHE) yang hampir kelar. Aturan tersebut diprediksi dapat memberi efek psikologis kepada eksportir untuk menaruh dananya di dalam negeri dan akhirnya menyokong rupiah bergerak lebih stabil.