KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Saranacentral Bajatama Tbk pada kuartal I-2018 belum memuaskan lantaran risiko kurs yang meningkat. Handjaja Susanto, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk menyatakan, pelemahan rupiah dari Rp 13.500 menjadi Rp 14.000 membuat perusahaan membukukan kerugian. "Itu karena faktor eksternal yang tidak dapat kami kendalikan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pada kuartal I-2018 BAJA membukukan kerugian Rp 5,51 miliar. Padahal pada kuartal I-2017 perusahaan mampu mencatatkan laba Rp 3.03 miliar.
Ia bilang, untuk beban kurs karena bahan baku ada yang didatangkan dari luar dan produknya dipasarkan ke lokal, sehingga ketika rupiah melemah, perusahaan akan merasakan dampaknya. Untuk itu, Handjaja sudah mempersiapkan antisipasi dengan mengurangi jumlah impor dan memperbanyak membeli dari produk lokal. "Porsi impor diperkecil menjadi 10% - 20%," ujarnya di Jakarta, Kamis (28/6). Catatan saja, sebelumnya porsi impor emiten dengan kode saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 30%-40%. Ia juga bilang, tak khawatir kekurangan bahan baku dengan pengurangan porsi impor. Hal tersebut disebabkan ada perusahaan dalam negeri yang menambah kapasitas produksinya. Ia juga optimistis, kinerja perusahaan akan tumbuh tahun ini. Optimisme tersebut karena perusahaan juga telah meningkatkan kapasitas produksi Baja lapis alumunium seng (Baja LAS) yang memiliki
margin profit yang lebih baik dibandingkan produk lainnya. Menilik laporan keuangan perusahaan, hanya produk BjLAS yang mencatatkan pertumbuhan penjualan. Sedangkan produk lainnya mencatatkan penurunan penjualan. Kuartal I 2018, penjualan BjLAS naik menjadi Rp 176,11 miliar atau tumbuh 59,28% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 110,6 miliar. Sedangkan, untuk produk BjLS dan baja lapis warna, masing-masing turun sebesar 8,72% dan 48,55%.
Untuk peningkatan produksi, ia bilang juga akan bertahap. Saat ini perusahaan telah berinvestasi sebesar Rp 7 miliar untuk meningkatkan produksi BjLAS. "Proyeksinya tahun depan baru akan terlihat karena bertahap," ujarnya. Untuk peningkatan produksinya, ia bilang BjLAS tiap bulan akan memproduksi 7.000 ton dari sebelumnya 4.000 ton. Sedangkan, BjLS produksinya akan diturunkan menjadi 3.000 ton dari sebelumnya 5.000 ton. Pengurangan produksi BjLS dinilainya juga sebagai langkah menekan beban pokok penjualan karena BjLS dinilainya memiliki biaya produksi yang tinggi dengan harga penjualan yang tidak terlalu besar. "Harga tidak dapat bersaing dengan impor," paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi