Rupiah melemah terseret kabar Eropa



JAKARTA. Rupiah tak mampu keluar dari pusaran krisis Eropa. Di pasar spot, pasangan USD/IDR, Selasa (15/5) menembus level psikologisnya, 9.303. Kurs jual dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI) bahkan menembus Rp 9.311.

Keterpurukan mata uang Garuda menurut para analis tidak terlepas dari buruknya hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) Senin lalu. "Akibat yield yang diminta terlalu tinggi, nilai penyerapan hanya Rp 775 miliar," kata Veni Kriswandi, Head of Trading di Bank Commonwealth.

Bersamaan dengan itu, para investor asing mulai angkat kaki dari bursa saham. "Catatan saya, aliran modal asing keluar (capital outflow) month to date mencapai US$ 202 juta, indeks saham menguji level psikologis 4.000," jelas Veni.


Investor asing mencatat jual bersih di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai Rp 567 miliar, kemarin. "Di pasar surat utang, obligasi tenor panjang menurun harganya, ini sinyal pasar tidak bergairah," kata Nurul E. Nurbaeti, Analis Bank BNI.

Otoritas moneter di Indonesia juga diyakini masih berjaga di pasar. Namun, BI diindikasikan tidak agresif mengintervensi pelemahan rupiah. Maklum, tekanan atas rupiah ini lebih banyak datang dari sentimen global. "Fundamental tidak mencerminkan rupiah saat ini," tandas Nurul.

Di pasar derivatif offshore, rupiah bahkan sempat menembus Rp 9.365 untuk tenor satu bulan. Ini bisa mempengaruhi rupiah di dalam negeri. Di pekan nan pendek ini, pelemahan rupiah diperkirakan masih akan berlanjut seiring tingginya permintaan dollar AS di pasar lokal. Namun, para analis meyakini BI akan menjaga agar rupiah tidak sampai terjun ke Rp 9.400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.