Rupiah melemah tertekan ekonomi Eropa yang memburuk dan aksi demonstrasi mahasiswa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Faktor eksternal dan internal kompak menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Selasa (24/9), rupiah melemah 0,20% ke Rp 14.114 per dolar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,16% ke Rp 14.099 per dolar AS.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan faktor eksternal sejatinya lebih mendominasi pelemahan rupiah hari ini. Persoalan hebohnya demo mahasiswa yang menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK hanya ikut menambah pelemahan rupiah. "Bursa regional hari ini menguat, jadi tekan rupiah," kata David, Selasa (24/9).

Senada, Josua Pardede Ekonom Bank Permata mengatakan pelemahan rupiah lebih di pengaruhi oleh data rilis data PMI kawasan Eropa yang kompak lebih rendah dari proyeksi pasar.


Buruknya data ekonomi kawasan Eropa membuat pasar saham Eropa terkoreksi dan akhirnya mendorong dolar AS menguat. Imbasnya rupiah jadi tertekan. "Fokus pelaku pasar pada perlambatan ekonomi Eropa dan penantian negosiasi perang dagang AS dan China," kata Josua.

Baca Juga: IHSG dan rupiah melemah, efek maraknya aksi mahasiswa?

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga  turut melemahkan rupiah.

Sementara, dari dalam negeri juga turut memberi sentimen negatif pada rupiah. Yudi mengatakan demonstrasi yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia tentunya membuat pelaku pasar enggan masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Yudi memproyeksikan rupiah besok masih akan bergerak melemah di rentang Rp 14.050 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS.

Pelemahan yang tidak terjadi pada rupiah saja, melainkan mata uang emerging market lainnya. Josua memproyeksikan rupiah pada Rabu (25/9) masih akan melemah di rentang Rp 14.050 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS.

Sementara, David memproyeksikan rupiah besok masih akan bergerak konsolidasi di rentang Rp 14.090 per dolar AS hingga Rp 14.160 per dolar AS.

Baca Juga: JP Morgan beri rekomendasi overweight untuk saham Perusahaan Gas Negara (PGAS)

Untuk jangka panjang, para ekonom dan analis optimistis rupiah masih memiliki potensi untuk menguat. Yudi mengatakan jika demonstrasi berhenti, perundingan AS dan China mengahasilkan kesepakatan, dan isu resesi global mereda maka rupiah bisa menguat ke rentang Rp 13.850 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS di akhir tahun ini.

Tentunya, potensi penguatan rupiah juga didukung dengan fundamental dalam negeri yang kokoh. Josua mengamati sejauh ini kondisi dalam negeri cukup menarik inevstor asing untuk masuk. Apalagi setelah BI menurunkan suku bunga sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Sementara, dari sisi defisit fiskal serta rasio utang terhadap pertumbuhan ekonomi masih dalam batas aman. "Data ekonomi Indonesia tidak mengkhawatirkan," kata Josua. Akhir tahun ini, Josua memproyeksikan rupiah berada di Rp 14.100 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .