Rupiah membuat bisnis Synnex tertekan



JAKARTA. Kondisi rupiah yang terus menerus terpuruk menekan bisnis PT Synnex Metrodata. Pasalnya, transaksi bisnis perusahaan distribusi produk teknologi informasi (TI) ini, lebih dari 50% menggunakan mata uang dollar Amerka Serikat (AS).

Imbasnya, anak usaha PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) ini mengalami perlambatan bisnis di kuartal IV tahun ini. Apalagi segmen pasar yang Synnex incar adalah bagi para korporat.

Agustini Dharmono, Direktur Komersial PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) menyatakan kondisi ini membuat perusahaan yang menjadi target pasar Synnex menunda pembelian produk TI. "Melihat kondisi pasar seperti ini, kemungkinan kuartal empat segmen komersial mengalami perlambatan karena efek penundaan ekspansi. Tapi, saya tidak tahu berapa nilainya karena belum tutup tahun," kata Agustini kepada KONTAN, Jumat (6/12).


Agustini bilang penundaan belanja produk TI ini kemungkinan besar akan terjadi sampai akhir tahun ini. Apalagi, akhir tahun tinggal tiga minggu lagi lantaran periode kerja jadi terpotong akibat libur akhir tahun.

Sementara, untuk segmen konsumer ritel, kata Agustini, tidak ada pengaruhnya. Sebab, transaksi untuk produk konsumer sebanyak 90% sudah memakai kurs rupiah. "Jadi segmen yang melambat itu adalah enterprise atau komersial. Kalau konsumer tidak. Kami mengatasinya dengan cara lindung nilai (hedging) kurs," ucapnya.

Saat ini, kontribusi pendapatan dari segmen korporat ke perusahaan ini sebesar 35% sampai 40% dari total pendapatan. Sedangkan kontribusi segmen komersial adalah sekitar 65%-60%.

Jadi, meski rupiah terdepresiasi, kontribusi dari segmen komersial membantu perseroan ini untuk bisa meraih target bisnis yang dicanangkan.Saat ini, Synnex memasarkan produk-produk telekomunikasi yang menjadi andalan perusahaan ini. Seperi Samsung, Asus dan ZTE.

Sayangnya, Agustini masih belum bisa memprediksi kondisi bisnis perseroan ini tahun depan. "Kami masih wait and see terlebih dahulu. Yang jelas ada dua hal yang harus kami waspadai tahun depan. Pertama adalah kondisi kurs rupiah dan kedua situasi pemilu," paparnya.

Yang jelas, katanya, Synnex masih optimistis menyongsong bisnis tahun depan. Kata dia, pasar TI tahun depan di Indonesia masih menjanjikan dan terus bisa bertumbuh hingga double digit setiap tahunnya. Apalagi, tahun depan perseroan ini bakal terus memperluas portofolio produknya. "Strategi penambahan portofolio produk pasti akan terus ada. Tunggu saja nanti. Yang jelas, untuk segmen komersial tahun ini ada 13 produk yang kami luncurkan," ucapnya.

Synnex Metrodata sendiri adalah salah satu perusahaan utama bagi Metrodata Electronic. Anak usaha ini mampu menyumbang kontribusi pendapatan terbesar bagi induk usaha. Yaitu mencapai 70% setiap tahunnya.

Tahun depan, Agustini memproyeksikan, Synnex masih akan tetap menjadi penopang utama pendapatan Metrodata.

Metrodata sendiri tahun ini menargetkan penjualan bisa tumbuh 15,6% menjadi Rp 5,98 triliun. Sedangkan untuk laba bersih juga bisa melonjak 20,5% ketimbang tahun lalu menjadi Rp 95,97 miliar.

Adapun Synnex sendiri ditargetkan bisa memberikan kontribusi sebesar Rp 4,2 triliun di akhir tahun ini bagi Metrodata. Sedangkan sisanya, yakni sebanyak Rp 1,78 triliun bisa disumbang dari lini bisnis Metrodata yang lain. Seperti bisnis solusi, konsultasi dan ritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon