JAKARTA. Rupiah mencatatkan pelemahan terbesar dalam dua pekan terakhir hari ini (10/7). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.17, mata uang Garuda melemah 0,4% menjadi 9.445 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan terbesar sejak 26 Juni lalu. Pelemahan rupiah terjadi setelah harga obligasi pemerintah menurun seiring kecemasan investor mengenai krisis utang Eropa. Dampak krisis Eropa sudah mulai terlihat di Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II akan melambat menjadi 6,3% atau kurang. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi Bank Indonesia pada 12 Juni lalu yang berkisar 6,3%-6,7%. "Masalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi kecemasan utama investor. Namun, sepertinya bakal ada stimulus dari segi fiskal dibanding dari segi moneter," papar Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura. Dia memprediksi, dalam dua bulan ke depan, rupiah masih akan tertekan seiring defisit neraca perdagangan dan tingginya permintaan dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah mencatat pelemahan terbesar dalam 2 pekan
JAKARTA. Rupiah mencatatkan pelemahan terbesar dalam dua pekan terakhir hari ini (10/7). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.17, mata uang Garuda melemah 0,4% menjadi 9.445 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan terbesar sejak 26 Juni lalu. Pelemahan rupiah terjadi setelah harga obligasi pemerintah menurun seiring kecemasan investor mengenai krisis utang Eropa. Dampak krisis Eropa sudah mulai terlihat di Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II akan melambat menjadi 6,3% atau kurang. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi Bank Indonesia pada 12 Juni lalu yang berkisar 6,3%-6,7%. "Masalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi kecemasan utama investor. Namun, sepertinya bakal ada stimulus dari segi fiskal dibanding dari segi moneter," papar Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura. Dia memprediksi, dalam dua bulan ke depan, rupiah masih akan tertekan seiring defisit neraca perdagangan dan tingginya permintaan dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News