Rupiah mencermati ekonomi Amerika



JAKARTA. Data ekonomi Amerika Serikat yang beragam mampu meredam kekuatan dollar AS. Alhasil di pasar spot, nilai tukar rupiah terangkat tipis 0,01% jadi Rp 13.004 per dollar AS. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), valuasi rupiah juga menguat 0,19% dan kembali tembus Rp 12.997 per dollar AS.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, data kepercayaan konsumen AS yang di bawah ekspektasi membuat USD terpleset. Tapi kenaikan mata uang Garuda masih tertahan oleh harga komoditas yang mulai melemah.

"Minyak ikut mempengaruhi, lihat saja ringgit Malaysia juga turun," jelas Josua.


Sementara Faisyal, Analis Monex Investindo Futures, menjelaskan, saat ini memang tidak ada sentimen yang cukup kuat untuk menggoyang posisi rupiah di hadapan dollar AS. Pasalnya, sentimen positif bagi fundamental kedua mata uang sama kuat.

"Pelaku pasar akhirnya lebih banyak wait and see," ujar dia.

Tapi, Faisyal tidak yakin rupiah bisa bertahan di bawah Rp 13.000 di akhir tahun, meski data ekonomi dalam negeri ciamik. "Sentimen positif tidak cukup kuat untuk itu," tambah dia.

Ke depan, nilai tukar rupiah akan dipengaruhi rilis data produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal tiga. Prediksinya, ekonomi AS tumbuh 2,5%. Jika data yang dirilis sesuai atau lebih baik dari prediksi, siap-siap saja rupiah tertekan.

Untuk hari ini (27/10), Josua memprediksi rupiah masih mampu menguat terbatas dan bergerak antara Rp 12.900–Rp 13.050 per dollar AS. Senada, menurut hitungan Faisyal, rupiah masih bisa menguat dan akan bergerak di kisaran Rp 12.950–Rp 13.050 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie