Rupiah mengantisipasi BI rate turun



JAKARTA. Tingginya tekanan eksternal kembali menjadi penyebab tergerusnya nilai tukar rupiah. Di pasar spot Selasa (12/1), valuasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tergelincir 0,34% ke Rp 13.909 dibanding hari sebelumnya.

Sebaliknya, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia terangkat 0,71% ke Rp 13.835.

David Sumual, Ekonom Bank Central Asia, mengatakan, dollar tengah menguat. Penyokongnya, data labor market conditions index Desember 2015 naik dari 2,7% ke 2,9%.


"Dengan minimnya dukungan internal, gempuran USD ini tidak memiliki penahan," kata David.

Apalagi ada ekspektasi The Fed menaikkan suku bunga di tahun 2016 sekitar 1,25%-1,50%. Di sisi lain, Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, belum melihat ada tanda-tanda China akan segera pulih dari gejolak ekonominya.

"Rupiah sebagai mata uang regional Asia, ikut terkena imbas negatif China," kata Yulia. Rupiah diduga kembali melemah pada Rabu (13/1), jika surplus neraca perdagangan China Desember 2015 mengecil.

David menambahkan, pelaku pasar wait and see mengantisipasi rapat Dewan Gubernur BI yang berpeluang memutuskan penurunan suku bunga acuan atau BI rate.

David menduga, rupiah di 13.850–13.950. Prediksi Yulia, di 13.820–14.050.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie